“Rasanya tiga capres itu kan ada catatan khusus. Saya memahami, tidak ada orang yang sempurna,” kata Sumarsih saat ditemui di sela-sela peringatan 17 Tahun Aksi Kamisan di seberang Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2024).
Oleh karena itu, Sumarih mengatakan bahwa kemungkinan besar ia akan masuk daftar orang-orang golongan putih (golput) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
“Sepertinya, iya (golput),” ucap Sumarsih.
Setelah Wawan menjadi salah satu korban penembakan Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998, Sumarsih baru satu kali berkampanye.
Saat itu, Sumarsih mengajak orang-orang untuk memilih Joko Widodo (Jokowi) dalam kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2014 ketika melawan Prabowo Subianto.
Tetapi, karena Jokowi di periode pertamanya dinilai mengingkari janji lantaran belum menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu, Sumarsih kini memilih golput.
“Selain itu, saya golput cerdas. Artinya, ditusuk semua. Karena Indonesia itu banyak orang yang tidak jujur. Jadi, supaya surat suara tidak dimanfaatkan, saya tusuk semua,” tutur Sumarsih.
Sejak 17 tahun yang lalu, Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggagas aksi rutin yang digelar setiap Kamis.
Aksi tersebut menjadi wadah bagi korban dan keluarga korban kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu untuk menuntut keadilan.
Gagasan soal Aksi Kamisan itu dicetuskan oleh Maria Katarina Sumarsih dan Suciwati, istri almarhum pejuang HAM Munir.
Dalam rapat JSKK, Sumarsih mengusulkan payung sebagai simbol yang digunakan saat aksi. Kemudian Suciwati memberikan ide pakaian peserta aksi yang serba hitam, sebagai lambang keteguhan dalam mencintai manusia.
Aksi Kamisan terinspirasi dari ibu-ibu Plaza de Mayo yang melakukan aksi damai untuk memprotes penghilangan dan pembunuhan anak-anak mereka oleh Junta Militer Argentina.
Seperti halnya ibu-ibu Plaza de Mayo, Sumarsih dan JSKK menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, yang dianggap sebagai simbol kekuasaan. Aksi tersebut digelar dari pukul 16.00 hingga sampai 17.00.
Kamis 18 Januari 2007, untuk kali pertama aksi itu digelar dan masih bernama Aksi Diam. Sumarsih bersama kawan-kawan JSKK datang di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat sambil membawa payung hitam.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/18/19201841/punya-catatan-khusus-terhadap-anies-ganjar-dan-prabowo-sumarsih-pilih