Salin Artikel

Sejarah Masjid Tjia Kang Hoo, Dibangun untuk Mengenang Seorang Kakek

Masjid yang mengakulturasikan dua budaya dengan unsur keagamaan itu adalah Masjid Tjia Kang Hoo.

Sejarah di balik terciptanya masjid bernuansa Tionghoa ini adalah seorang kakek bernama Tjia Kang Hoo.

"Masjid ini dibikin bernuansa Tionghoa karena Tjia Kang Hoo adalah nama kakek saya sebelum mualaf," ungkap Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tjia Kong Hoo, Muhamad Wildan Hakiki, kepada Kompas.com di lokasi, Kamis (14/3/2024).

Tjia Kang Hoo adalah keturunan asli Tionghoa. Selama menetap di Pekayon, ia terbiasa berinteraksi dengan warga setempat yang mayoritas orang Betawi.

Lambat laun, ia mengenal seorang perempuan Betawi dan menjalin hubungan romantis. Mereka pun memutuskan untuk menikah dan memulai kehidupan baru sebagai satu keluarga.

Wildan tidak menuturkan kapan kakeknya menjadi mualaf. Namun, sejak saat itu, Tjia Kang Hoo mengubah namanya menjadi Abdul Soleh.

Tjia Kang Hoo pun berkesempatan untuk naik haji. Semasa hidupnya, ia aktif dalam lingkup keagamaan dan menjalin hubungan yang erat dengan warga setempat.

"Kalau dari cerita yang saya dengar, kakek juga bikin jalanan depan masjid ini, makanya nama jalannya pakai nama beliau, Jalan Haji Abdul Soleh," ungkap Wildan.

Saat ini, keluarga besar Wildan masih ada yang menganut Konghucu. Masih banyak pula yang merayakan Hari Raya Imlek.

Namun, mereka masih berhubungan erat dengan keluarga yang beragama Muslim, termasuk keluarga inti Wildan.

"Bangun masjid ini juga untuk napak tilas kakek saya, asalnya dari mana walaupun sudah menjadi Muslim dan kami banyak yang Muslim," ungkap Wildan.

"Kami ingin menghormati sejarah asal kami yang berawal dari keturunan Tionghoa non-Muslim, tapi menjadi beragama Islam," tutur dia.

Inilah mengapa bangunan masjid menyerupai sebuah kelenteng. Keluarga besar Tjia Kang Hoo masih ingin menghormati asal muasal mereka.

Mereka pun ingin membuat senang para anggota keluarga yang masih menganut Konghucu dan merayakan Imlek.

"Bisa dikatakan, ini sebagai salah satu cara untuk menampilkan akulturasi dua budaya di tengah masyarakat Pekayon," Wildan berujar.

Nuansa Tionghoa dapat dilihat dari atap berbentuk pagoda, pagar dinding, serta pintu dan jendela berbentuk bulat khas bangunan kelenteng.

Sementara nuansa Betawi tampak di seluruh tepi atap berupa ornamen gigi balang.

"Untuk sentuhan Islaminya bisa dilihat dari ornamen asmaul husna bermaterial kuningan di ruangan untuk salat, dan lafaz Allah SWT dan Muhammad SAW di kaca ventilasi," kata Wildan.

Selain itu, nama almarhum kakek dan neneknya pun disematkan sebagai nama pintu masuk menuju ruang salat.

Papan nama mereka ditulis menggunakan tulisan Mandarin, Arab, dan alfabet berbahasa Indonesia yang bentuk hurufnya menyerupai tulisan Mandarin.

Saat ini, masyarakat sudah bisa berkunjung untuk shalat lima waktu atau tarawih di Masjid Tjia Kang Hoo.

Kendati demikian, anak kecil diimbau untuk tidak dibawa masuk demi keamanan dan keselamatan bersama.

Sebab, pembangunan masjid masih belum rampung sejak peletakan batu pertama pada 8 Oktober 2022.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/15/06492771/sejarah-masjid-tjia-kang-hoo-dibangun-untuk-mengenang-seorang-kakek

Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke