Salin Artikel

Klakson Telolet Lebih Sering Dipakai Bus Pariwisata, Sopir: Sering Diminta Penumpang

JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir bus PO Shantika, Parno (60), mengatakan bahwa klakson telolet belakangan ini lebih sering digunakan bus pariwisata.

Menurut apa yang disampaikan rekan sesama sopir, rata-rata mereka memasangnya karena sering diminta penumpang menyalakan klakson telolet.

"Penumpang suka tanya, 'Om, ada teloletnya enggak, om?' Kalau enggak ada, bikin rombongan wisatawan kecewa," ungkap Parno di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (25/3/2024).

Menurut dia, bus pariwisata bahkan wajib memiliki bus telolet. Sebab, pariwisata identik dengan keramaian.

Dengan kata lain, transportasi penunjang kegiatan berlibur itu pun perlu "diramaikan" melalui beragam aksesori, salah satunya klakson telolet.

"Kalau enggak ada klakson telolet kayaknya sepi. Dan karena penumpang pasti bakal nanyain soal klakson telolet. Kalau enggak punya, kan malu sama rombongan wisatawan," tutur Parno.

Sopir bus PO BEJEU, Romli (41), menuturkan hal serupa. Namun, ia menegaskan bahwa jenis bus apa pun tetap bakal kena razia oleh Dishub.

Pasalnya, sudah ada aturan dari Kemenhub bahwa seluruh operator bus dilarang memasang klakson telolet.

"Kalau ketahuan, tetap saja (ditilang). Klakson telolet kan dilarang. Sebenarnya enggak mandang jenis busnya apa, kalau pasang telolet tetap bakal ditindak," jelas Romli di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin.

Bus reguler juga pakai telolet

Beberapa tahun lalu, saat penggunaan klakson telolet sedang booming, bus reguler juga memasangnya.

Namun, antusiasme yang tinggi menjadikan klakson telolet berbahaya. Pasalnya, tidak jarang warga berada di pinggir jalan untuk meminta bus membunyikan klakson telolet.

Bahkan, ada pula anak-anak yang mengejar atau mencegat bus demi mendengarkan suara klakson unik itu.

Penertiban warga dan bus telolet pun terjadi. Terminal-terminal bus juga rutin mengadakan razia bus telolet.

Menurut Parno, ini cukup berisiko bagi sopir bus reguler yang sering keluar masuk terminal. Mereka bisa ditilang jika ketahuan memasang klakson telolet.

"Kalau bus reguler rawan soalnya setiap masuk terminal, ada operasi (razia) dari Dishub. Kalau bus pariwisata kan enggak masuk terminal, jadi enggak ada operasi. Jadi mereka masih bisa pakai telolet," jelas dia.

Inilah mengapa Romli dan Parno enggan memasang kembali klakson telolet. Bahkan, keduanya menyetujui larangan penggunaan klakson telolet oleh Kemenhub.

Larangan klakson telolet

Sebelumnya, Kemenhub kembali menggaungkan larangan penggunaan klakson telolet karena mengancam keselamatan jalan.

Sebab, masih banyak bus yang menggunakannya. Bahkan pada Minggu (17/3/2024), klakson telolet menyebabkan kecelakaan yang melibatkan korban anak kecil di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Banten.

Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub Danto Restyawan mengatakan, sesuai rekomendasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), penggunaan klakson telolet dapat menyebabkan kehabisan pasokan udara atau angin sehingga berdampak pada fungsi rem kendaraan yang kurang optimal.

"Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah memberikan surat edaran kepada seluruh Dinas Perhubungan se-Indonesia agar lebih memperhatikan dan memeriksa penggunaan komponen tambahan seperti klakson telolet pada setiap angkutan umum saat melakukan pengujian berkala," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (19/3/2024).

Dia mengimbau setiap penguji untuk tidak meluluskan kendaraan angkutan umum yang melakukan pelanggaran seperti adanya pemasangan klakson telolet.

Aturan terkait penggunaan klakson pun telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.

Pada Pasal 69 aturan itu disebutkan, suara klakson paling rendah 83 desibel atau paling tinggi 118 desibel dan apabila melanggar akan dikenakan sanksi denda sebesar Rp 500.000.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/26/20215151/klakson-telolet-lebih-sering-dipakai-bus-pariwisata-sopir-sering-diminta

Terkini Lainnya

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Megapolitan
Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja 'Video Call' Ibunya Saat Diciduk Warga

Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja "Video Call" Ibunya Saat Diciduk Warga

Megapolitan
Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Megapolitan
Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Megapolitan
Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Megapolitan
Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke