JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan klakson basuri atau telolet dilarang di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Hal ini dilakukan menyusul adanya korban anak tewas saat berburu bunyi klakson tersebut.
Kepala Terminal Kalideres, Revi Zulkarnain berujar, setidaknya hampir seluruh perusahaan otobus telah mematuhi larang tersebut.
"Jadi memang larangan untuk menggunakan klaskson telotet itu sudah hampir 100 persen dipatuhi oleh PO (perusahaan otobus) bus," ucap Revi, seperti dilansir dari TribunJakarta.com, Rabu (3/4/2024).
Menurut Revi, hal itu diketahui usai pemeriksaan kondisi fisik dan administrasi kendaraan (rampcheck). Pada pemeriksaan itu, kata Revi, penggunaan klakson juga diperiksa.
"Apabila kedapatan PO bus yang menggunakan klakson telolet, maka akan diambil tindakan, pertama akan dicopot alatnya. Kedua, akan diberikan sanksi tertulis," kata Revi.
Diberitakan sebelumnya, seorang anak mengalami kecelakaan saat berusaha melompat untuk mendapatkan perhatian sopir agar menyalakan klakson ikonik tersebut.
Kecelakaan tersebut terjadi di Jalan Raya Merak, tepatnya di depan Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Minggu (17/3/2024) sore.
Bocah berinisial R (5) warga lingkungan Medaksa Sebrang, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak, meninggal di tempat meski sempat dilarikan ke rumah sakit (RS).
Sudah bersih dari telolet
Pantauan TribunJakarta.com armada bus yang berada di Terminal Kalideres memang sudah tak ada lagi yang memasang klakson telolet.
Aksesoris yang kini masih terpasang di bus hanya berupa lampu variasi dan sejumlah boneka yang diletakan di bagian dashboard depan bus.
Sejumlah awak bus mengakui telah mencopot klakson teloletnya karena tak mau terkena denda usai dikeluarkannya larangan penggunaan klakson tersebut.
"Ini sudah langsung dicopot karena sama PO juga minta dicopot. Kan sudah enggak boleh," kata Akbar, awak bus PO Almira tujuan Belitang, Lampung.
Akbar mengatakan, tadinya telolet yang dipasang di busnya merupakan barang yang dibeli secara patungan dari para awak bus.
"Harganya Rp 6 juta pakai duit pribadi kami karena supaya menarik saja busnya," kata dia.
Kendati membuat penampilan bus lebih menarik, ia mengakui keberadaan klakson telolet tak berpengaruh terhadap bertambahnya penumpang.
"Karena kan yang pada suka telolet itu cuma para mania aja, terutama anak-anak. Kalau penumpang mah kan maunya ya yang penting selamat sampai ke rumah," katanya.
Hal senada disampaikan Eko, awak bus Po Safari tujuan Solo, Jawa Tengah. Ia pun setuju dengan adanya larangan penggunaan klakson telolet.
Di Po tempatnya bekerja memang sejak awal tak memperbolehkan adanya pemasangan klakson telolet.
"Karena memang cukup membahayakan buat kita yang nyetir kalau banyak anak-anak yang sampai mengadang cuma buat bunyiin telolet aja," katanya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/04/11493611/makan-korban-jiwa-penggunaan-klakson-telolet-dilarang-di-terminal