JAKARTA, KOMPAS.com - Jari-jari Apen (52) dengan terampil melipat daun kelapa muda menjadi bungkus ketupat di selasar Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2024).
Meski wajahnya tampak lelah, matanya berkilat-kilat penuh semangat. Hanya dalam kurun waktu lima menit, Apen bisa menyelesaikan hingga tiga bungkus ketupat.
Apen, yang berasal Pandeglang, Banten, mengaku belum tidur selama tiga hari terakhir. Lantaran, ia sibuk mempersiapkan dagangannya untuk berjualan bungkus ketupat di Ibu Kota.
"Saya baru sampai kemarin. Dalam tiga hari terakhir ini begadang terus untuk mempersiapkan ini," ujar dia saat diwawancarai di lapaknya.
Dari Pandeglang, ia menempuh perjalanan selama delapan jam menggunakan travel. Setelah itu, sesampainya di Jakarta, ia langsung datang ke Pasar Senen.
Saat ditanya di mana ia akan menginap selama beberapa hari ke depan, Apen mengarahkan tangannya ke lantai selasar yang beralaskan kardus.
"Ya, di sini saja geletak. Di hamparan pakai kardus. Sudah risiko kalau dingin," jawab Apen.
Di sekelilingnya, ada dua ikat daun kelapa muda yang terlihat seperti gulungan tebal. Selain itu, ada dua kantong plastik berwarna bening berisi bungkus ketupat yang sudah rampung.
"Ini kurang lebih ada 400. Dijualnya Rp 10.000 satu ikat, masing-masing isi 10 bungkus," tutur dia.
Menurutnya, tidak ada peningkatan atau penurunan pembeli yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Namun, ia justru paling banyak mendapatkan keuntungan saat masa pandemi Covid-19.
"Kalau biasanya dapat paling sekitar Rp 1,5 jtua. Waktu corona bisa dapat Rp 3 juta, karena yang jualan sedikit. Satu ikat bisa dijual Rp 30.000-40.000," ucap Apen.
Hingga 9 April mendatang, Apen berharap bisa menjual 2.000 bungkus ketupat. Sebab, pria yang berprofesi sebagai petani itu ingin bisa membeli baju untuk istri dan enam anaknya di rumah.
"Targetnya empat hari ini bisa habis," celetuk dia.
Kepada wartawan, Apen ikut mencontohkan cara pembuatan ketupat versinya. Mulanya, janur berukuran satu meter itu dilipat sebanyak tiga kali menggunakan tangan kiri. Lalu, ujung lainnya juga digulung sebanyak tiga kali dengan tangan kanan.
"Jadi, mirip membuat anyaman," imbuh Apen.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/04/15112341/dari-pandeglang-apen-berhari-hari-menginap-di-selasar-pasar-senen-untuk