Pria asal Pandeglang, Banten, itu memilih untuk beristirahat beralaskan kardus guna menekan biaya hidupnya selama hidup di Ibu Kota.
“Kalau nyewa kosan atau kontrakan kan lumayan harganya, bisa Rp 500.000. Jadi saya memilih beristirahat di sini saja, toh enggak sampai seminggu jualan,” ujar Rusni, yang di hari biasa berjualan ketupat sayur, saat ditemui, Senin (8/4/2024).
Walau demikian, Rusni tak menampik jika badannya terasa sakit karena hanya tidur beralaskan tikar.
Namun, demi keluarga, ia membuang jauh-jauh rasa itu.
“Kalau dibilang tak nyaman, pasti tidak. Tapi karena semua demi keluarga, semua hilang begitu saja (rasa sakit),” tutur dia.
Rusni mengatakan, dirinya bakal menetap selama empat hari di atas trotoar kawasan Pasar Pondok Labu.
“Saya jualan enggak lama, sampai malam takbiran saja buat bantu-bantu biaya Lebaran. Entah beli baju anak-istri atau beli perlengkapan lain,” ucap dia.
Kendati begitu, setelah tiga hari berjualan, kulit ketupat yang dijajakannya tahun ini tak selaris tahun sebelumnya.
Sebab, omzet yang didapatkannya baru setengah dari pendapatan yang diperolehnya tahun lalu.
"Tiga hari ini, alhamdulilah dapat sekitar Rp 1,6 jutaan. Tapi, kalau dibandingkan tahun lalu, keuntungannya sampai Rp 3,5 juta,” kata dia.
Maka dari itu, ia berharap ada peningkatan penjualan hingga malam takbiran nanti.
“Target sih jualan 4.000 kulit ketupat. Semoga saja tercapai ya, supaya besok pas pulang full senyum,” tutup dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/08/19010451/manfaatkan-momen-lebaran-rusni-penjual-kulit-ketupat-rela-tidur-berhari