Pria asal Serang, Banten ini mengatakan, peziarah kerap menolak ketika dia menawari untuk baca doa.
"Dulu ya, saya bisa dapat Rp 600.000 seharinya, sekarang Rp 200.000 paling banyak," kata Mursidin saat diwawancarai di TPU Karet Bivak, Kamis (11/4/2024).
Mursidin mengatakan, telah menjajaki profesi ini sejak tahun 1998. Tetapi, dia hanya datang dari Serang ke Jakarta saat momen Lebaran.
Menurut Mursidin, kala itu peziarah tidak menggunakan smartphone. Sehingga, dia bisa menjajakan jasa membacakan doa pada para peziarah.
"Sekarang mah para pelanggan menolak, 'enggak, sudah bisa sendiri'. Buka HP-nya aja gitu," ujarnya.
Namun, Mursidin tetap semangat untuk datang jauh-jauh dari Serang ke TPU Karet Bivak. Dia mengatakan, rezeki tidak akan datang apabila terus berjuang.
Sebagai penjaja jasa doa, Mursidin tidak memberikan tarif bagi yang menggunakan jasanya.
"Kadang alhamdulillah-nya peziarah kasih saya Rp 100.000 sekali baca doa, kalau enggak seikhlasnya pun saya terima," katanya.
Pengamatan Kompas.com di lokasi, peziarah di TPU Karet Bivak masih ramai hingga Kamis sore.
Sebagian besar peziarah dibantu membaca doa oleh para penyedia jasa doa.
Terlihat, penyedia jasa doa ini menuntun peziarah melantunkan ayat-ayat suci sambil menebarkan bunga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/11/18283301/peziarah-baca-ayat-suci-dari-handphone-penghasilan-penyedia-jasa-doa-di