Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Mulai Dipagar, Warga Bertahan dan Bangun Gubuk

Kompas.com - 05/11/2008, 05:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pemprov DKI Jakarta mulai menguruk lahan dan membangun pagar tembok di sekeliling Taman Bersih, Manusiawi, dan Berwibawa, Tanjung Priok, Jakarta Utara, agar tidak lagi dihuni warga. Meski sudah dua kali digusur, sekitar 150 keluarga hingga Selasa (4/11) masih bertahan dengan terus membangun gubuk di bekas penggusuran sebelumnya.

Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas menegaskan, Taman BMW adalah aset Pemprov DKI Jakarta. Karena itu, setelah hunian ilegal tergusur, saatnya kini diambil upaya pengamanan konkret agar lahan tidak lagi diokupasi untuk hunian ilegal. ”Salah satu upaya itu ialah membangun pagar tembok di sekeliling taman,” katanya.

Pemagaran dilakukan oleh dinas teknis terkait seperti Dinas Pertamanan dan Dinas Pekerjaan Umum. Pagar tembok mulai dibangun di sisi selatan taman. Selain itu, truk pengangkut material urukan juga sudah berjalan dalam beberapa hari ini. ”Pemprov DKI Jakarta ingin mengembalikan fungsi taman seperti semula dan sebagiannya dibangun stadion olahraga bertaraf internasional,” kata Effendi.

Namun, warga korban penggusuran tetap nekat bertahan. ”Warga akan tetap bertahan sampai sebagian areal taman diserahkan kepada warga untuk permukiman,” kata Lukman (38), warga yang memilih tetap bertahan di Taman BMW, kemarin.

Hendrik Sirait, salah seorang kuasa hukum warga korban penggusuran Taman BMW, menegaskan, warga tetap bertahan. Langkah-langkah hukum akan terus dilakukan sampai semua korban pengusuran mendapat kompensasi yang adil. Misalnya, selain kompensasi atas bangunan, juga kemungkinan agar warga mendapat tempat hunian alternatif.

”Pemerintah jangan hanya menggusur saja, tetapi harus bertanggung jawab terhadap nasib korban penggusuran. Warga harus diberi hunian alternatifnya,” kata Hendrik Sirait.

Taman BMW terletak di Kelurahan Papanggo dan Sunter Agung, Tanjung Priok, seluas 26,5 hektar. Warga pun beramai-ramai mengokupasi lahan sejak sekitar tahun 1997/1998. Hunian ilegal menjadi makin padat seusai penggusuran hunian di kolong Tol Wiyoto Wiyono ruas Tanjung Priok-Pluit pada tahun 2007.

Pemprov DKI Jakarta bersama Pemkot Jakarta Utara melakukan penggusuran pertama kali pada 24 Agustus 2008. Saat itu 1.126 bangunan, baik rumah maupun tempat usaha milik sekitar 4.000 keluarga, dihancurkan.

Sebagian kecil warga tetap bertahan dan mengadu ke berbagai kalangan, termasuk ke Komnas HAM. Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Jakut pun untuk kedua kalinya menggusur lagi hunian di Taman BMW, 8 Oktober. Sebagian puing bangunan dibakar hingga ada warga yang terluka akibat bentrok dengan aparat.

Kepala Bagian Administrasi Sarana Perkotaan Pemkot Jakarta Utara Heru B Hartono menegaskan, pihaknya hanya akan memfasilitasi warga pemegang kartu tanda penduduk dan kartu keluarga DKI Jakarta. Misalnya, kemungkinan untuk memindahkan mereka ke rumah susun.

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkot Jakarta Utara Yuliadi menjelaskan, setelah BMW ditata, dalam bulan November ini juga Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Jakarta Utara akan menggusur semua bangunan liar di sekitar Waduk Pluit. Dia mengatakan, sudah ada instruksi tertulis dari Gubernur DKI Jakarta tentang hal itu.

Waduk Pluit seluas 84,2 hektar telah menyempit dengan luas genangan tersisa 60 hektar. Saluran gendong sepanjang 2,8 kilometer sudah tidak berfungsi akibat dijejali tiang fondasi rumah warga. Ada sekitar 7.069 bangunan liar mengepung waduk, dengan jumlah penduduk 8.761 keluarga atau sekitar 35.000 orang. (CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com