Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sipir Aniaya Napi di Depan Anak dan Istri

Kompas.com - 30/11/2008, 23:58 WIB

PASURUAN,MINGGU-Lia Febriana (31) warga Kelurahan Bakalan, Pasuruan, Jawa Timur, mendatangi Kantor Kepolisian Resort Kota Pasuruan guna melaporkan aksi penganiayaan yang menimpa suaminya, Tatang Yulianto (37).

 Penganiayaan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kota Pasuruan, Jawa Timur. Lia kepada wartawan di Pasuruan, Minggu (30/11), mengatakan bahwa suaminya telah dianiaya oleh sejumlah petugas sipir pada Kamis (27/11).

Dikatakan, sehari sebelumnya, Lia juga sempat mengadu ke LSM LIRA untuk meminta bantuan terkait kasus tersebut. Selanjutnya dengan didampingi oleh tiga  aktivis LIRA, kepada petugas kepolisian Lia menjelaskan kronologi penganiayaan yang dialami oleh suaminya.

Dijelaskan, pada Kamis itu sekitar pukul 16.30 WIB, Lia membesuk suaminya. Penganiayaan bermula setelah Lia melakukan protes kepada petugas lantaran barang pesanan suaminya,  berupa bunga dan dupa yang sebelumnya dititipkan kepada petugas telah rusak dan dibuang.

Namun, protes Lia tersebut membuat kesal petugas dan membalasnya dengan makian. Tatang yang mengetahui isterinya dimaki seperti itu akhirnya tidak terima hingga adu mulutpun terjadi. Secara tiba-tiba, petugas berinisial Dn langsung mendorong Tatang hingga terbentur dinding.

Dalam kondisi tak berdaya, korban kemudian disandarkan ke tembok dan dipukuli beramai-ramai. Karuan saja, lapas yang semula tenang berubah menjadi gaduh. Apalagi, selain sebagian napi, peristiwa itu juga disaksikan para pengunjung yang sedang membesuk keluarganya.

Ironisnya, aksi penganiayaan itu disaksikan langsung dua bocah di bawah umur sekaligus anak kandung korban sendiri, yakni Feri Setiawan (6) dan Adji Pangestu (3). Hingga menyebabkan Feri trauma dan menolak jika diajak mengunjungi ayahnya.

Akibat penganiayaan itu, korban menderita luka lebam serius pada mata sebelah kiri, bagian dagu, kaki kanan dan punggungnya.   Selanjutnya oleh petugas korban langsung ditempatkan di ruang isolasi hingga beberapa hari. "Saya tidak tega lihat suami saya dipukul seperti itu. Tadi saya melihat sampai-sampai punggungnya ada cap sepatu tentara. Sampai sekarangpun ia terus mengeluhkan sakit dan sesak pernafasannya," jelas Lia kepada wartawan.

Sebagai istri, Lia tidak terima atas penganiayaan yang menimpa suaminya. Untuk itu, kepada polisi ia meminta agar kasus tersebut diusut secara tuntas.

Sementara itu, Kalapas Kota Pasuruan, Dwi S Haryanto membenarkan adanya insiden pemukulan itu. Namun, ia menegaskan, bahwa kasus itu sudah diselesaikan secara damai. "Sudah tidak ada masalah. Istri dan teman-teman dari LSM juga sudah kemari. Tanya saja sama mereka," katanya saat dihubungi melalui ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com