Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Tukang Becak Jadi Agen Koran Sukses

Kompas.com - 02/03/2009, 11:00 WIB

Dalam kurun waktu tahun 1982 hingga 1986 Idjo bekerja menjadi loper koran. Koran-koran yang dijualnya adalah Kompas, Pos Kota, Merdeka, dan Sinar Pagi. Awalnya hanya menjual belasan eksemplar, kemudian meningkat hingga puluhan bahkan ratusan eksemplar. ”Saat itu tukang koran masih ditunggu warga. Saya dagang dari pagi dari Pondokgede sampai daerah Jatimakmur jam 12 siang, masih ditunggu pembeli,” ujar Idjo dengan logat Betawi yang sangat kental.

Empat tahun kemudian kondisi Pasar Pondokgede semakin ramai. Bahkan tepat di samping kios milik Husin berdiri sebuah agen koran baru milik Antoni.  Bedanya, Antoni adalah agen yang mendapatkan pasokan koran langsung dari penerbit. Lantaran harga yang lebih murah dan bisa mengembalikan koran-koran yang tidak laku, akhirnya Idjo beralih dari sub-agen milik Husin ke agen Antoni.

”Meskipun dengan rasa tidak enak kepada Pak Husin tapi akhirnya saya pindah agen karena harga yang lebih murah Rp 10. Koran juga bisa dikembalikan jika tidak laku atau sebutannya returan,” ujarnya.

Usaha Idjo semakin berkembang. Ia lantas mengajak serta sanak saudaranya untuk berdagang koran. Bahkan hanya dalam kurun waktu tiga bulan ia sudah memiliki 30 anak buah. Saat itu status Idjo sudah meningkat dari loper koran menjadi sub-agen koran.

”Saya jadi sub-agen koran dan mengambil koran dari agen koran Antoni dari tahun 1986 hingga tahun 1995. Selama itu juga dari hasil usaha dagang koran saya bisa membeli rumah,” tuturnya.

Perjalanan usaha Idjo mulai memasuki babak baru ketika dirinya dikenalkan oleh adiknya dengan seseorang yang memiliki hubungan dengan sebuah penerbitan surat kabar. Terlebih setelah Idjo berkenalan dengan Giono, agen koran Kompas di daerah Bulakkapal.

Selama setahun Idjo mengambil koran dari agen Giono hingga akhirnya tahun 1997 ia bisa mendapatkan kesempatan menjadi agen koran meneruskan agen koran milik Wijayanto, warga Kompleks Kologad Pondok Gede. ”Saya akhirnya jadi agen resmi meskipun masih menggunakan nama Pak Wijayanto. Dan mulai saat itu pula saya selalu mendapatkan pasokan koran Kompas langsung dari penerbit,” tuturnya.

Empat Rumah untuk Empat Anak
Kesuksesan menjadi agen koran tentu tidak diraih Idjo dengan instan, melainkan dengan usaha keras. ”Setelah menjadi agen koran selama empat tahun, sekitar tahun 2001 usaha saya mulai maju. Saya berusaha sebaik mungkin. Bahkan untuk koran Warta Kota saya ikut berjuang menawarkan koran itu kepada warga sejak pertama kali terbit hingga kini jadi koran laris manis,” katanya.

Saat ini Idjo sudah bisa membeli empat rumah untuk keempat anaknya. Usahanya juga semakin maju. Lebih dari 20 sub-agen dibawahinya, di antaranya 5 sub-agen di daerah Kranggan, 3 sub-agen di Jatibening, 2 sub-agen di Pasar Kecapi, 2 sub-agen di Pasar Rebo Bekasi, 3 sub-agen di Lubang Buaya, dan 10 sub-agen di Pondok Gede.

Ia juga mempekerjakan ratusan loper koran. Mereka memasarkan koran yang dipasok Idjo, yakni 1.300 eksemplar harian Kompas, 1.500 eksemplar Warta Kota, dan masih banyak lainnya.

Dari hasil usahanya selama ini, Idjo bisa menggapai impiannya, yaitu naik haji pada tahun 2005. Lalu pada tahun 2006 Idjo membiayai istrinya, Sanih Sriyani (42), menunaikan ibadah haji. Tahun 2007 Idjo kembali pergi haji bersama kedua orangtuanya. (MUR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com