Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Abang, Tradisi Turun Temurun Pedagang Kurma

Kompas.com - 30/08/2009, 18:58 WIB

Selain Azhar, masih ada beberapa pedagang kurma yang sudah puluhan tahun berjualan kurma di Tanah Abang. Salah satunya adalah Yanto (39). Pria asal Jepara ini merupakan generasi ketiga yang berjualan kurma di kawasan tersebut setelah neneknya pertama kali berjualan sejak tahun 1970 . "Nenek saya itu salah satu dari beberapa pedagang yang pertama kali berjualan kurma di sini," ungkapnya.

Usaha turun temurun ini diteruskan oleh Yanto dari neneknya yang bernama Pasi sejak 10 tahun yang lalu. Ia mengaku sudah menjadi kewajibannya untuk meneruskan usaha sudah menjadi warisan keluarga ini. Meski para pedagang kurma di Tanah Abang semakin bertambah, namun Yanto mengaku tidak khawatir usahanya tersaingi. "Semua sudah ada rejekinya masing-masing," ujarnya santai.

Tak hanya berjualan kurma, Yanto juga berdagang aneka panganan dan oleh-oleh khas Timur Tengah. Aneka souvenir dan alat ibadah yang diimpor dari Arab Saudi seperti ketel, obat-obatan herbal, kosmetik, sajadah, hingga tasbih, bisa ditemui di toko milik Yanto yang berukuran sekitar 3X4 meter ini.

Namun, pada Ramadhan kali ini Yanto mengakui pendapatannya sedikit menurun. Kemunculan para pedagang kurma musiman sedikit banyak ikut mempengaruhi pendapatan pada Ramadhan kali ini. Jika pada Ramadhan tahun lalu Yanto bisa mengantongi keuntungan tertinggi hingga Rp 8 juta perhari, sekarang ia hanya bisa meraup keuntungan paling tinggi Rp 4 juta perhari. "Itu masih dipotong untuk biaya yang lain-lain," katanya.

Yanto berharap peningkatan penjualan kurma akan kembali meningkat pada akhir bulan puasa nanti. Menurutnya, daya beli masyarakat akan kembali tinggi jelang datangnya hari raya Idul Fitri. "Mudah-mudahan penjualan bisa naik lagi. Itung-itung buat tambahan biaya Lebaran anak-anak," ujarnya.

Keberadaan para pedagang seperti Yanto dan Azhar inilah yang rupanya terus menghidupkan tradisi perdagangan kurma di Tanah Abang. Meski mengalami pasang surut, namun mereka mengaku berjualan kurma sudah menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan. "Harapannya ya ada perhatian dari pemerintah untuk para pedagang kurma disini. Supaya usaha kurma ini bisa terus berjalan," ungkap Yanto penuh harap.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com