Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Emas di Ballarat

Kompas.com - 04/10/2009, 14:54 WIB

Bangunan itu tidak kosong. Selain menampilkan diorama fungsi dari bangunan tadi, sebagian besar bangunan juga benar-benar difungsikan sesuai dengan peruntukannya.

Toko Hope Bakery, misalnya, benar-benar menjual kue pie yang resepnya konon merupakan warisan nenek moyang warga Ballarat. Pengunjung yang lapar bisa makan pie yang konon terenak di Ballarat.

Pengunjung juga bisa melihat cara memproduksi lilin di Hewett’s Soap and Candle Works. Hewett pada zamannya adalah pemilik industri lilin.

Pada masa itu lilin merupakan industri yang sangat penting di Ballarat. Di pabrik Hewett, lilin diproduksi secara massal untuk keperluan penerangan di pabrik, bengkel, toko, dan kedai minum. Lilin juga digunakan penambang untuk masuk ke terowongan galian emas.

Dari kawasan kota, penjelajahan selanjutnya adalah ke Red Hill Gully Creek dan Red Hill Minning. Dua tempat ini menggambarkan suasana pencarian emas di Ballarat. Di Red Gully Creek pengunjung tampak antusias mendulang emas. Pihak museum mengklaim sungai di situ mengandung emas betulan.

Pada awalnya, emas di Ballarat diperoleh dengan cara mendulang endapan aluvial di sungai. Setelah emas di permukaan tanah habis, pencari emas menggali terowongan untuk mengambil emas di perut bumi.

Perjalanan menjelajahi museum pun dilanjutkan ke dalam perut bumi. Ditemani seorang pemandu yang cantik, pengunjung bisa menyusuri terowongan sedalam 200 meter di dalam perut bumi.

Menurut pemandu, terowongan itu adalah jalur yang dibuat penambang untuk mencari emas. Hanya ada cahaya lilin yang menerangi terowongan yang bercabang-cabang tadi.

Pemandu bercerita, ia dan keluarganya pindah ke Ballarat untuk mengubah nasib. Ia lalu menunjukkan terowongan sempit yang dibuat ayah dan kakaknya. ”Kakak saya meninggal terjepit di sini. Tiang penyangganya patah,” kata si pemandu. Rupanya ini hanya cerita dari tokoh yang diperankan pemandu tadi. Begitulah cara sejarah dituturkan di Ballarat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com