Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kuda Makan Beling di Kota Tua

Kompas.com - 18/12/2009, 17:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Semburan api dari mulut pria itu membuat penonton bergidik ngeri. Diiringi alunan gendang, sang pria menyembur-nyemburkan api ke udara. Sesekali terdengar bunyi pecutan keras menghentak lantai pelataran Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta, Jumat (18/12/2009). Rupanya, atraksi kuda lumping berhasil menarik perhatian pengunjung kawasan Kota Tua Jakarta ini.

Terlihat puluhan orang berkumpul mengelilingi rombongan keluarga kuda lumping itu. Ada yang mengambil gambar atraksi ada pula yang hanya menonton sang pria menyembur-nyemburkan api ke udara. Sang pria itu bernama Jumadi, seorang pawang kuda lumping yang datang dari Surabaya. Bersama keluarganya, Jumadi biasa memainkan atraksi yang berbahaya ini sejak tahun 1971.

"Ini turun-menurun mbak, dari Surabaya Jawa Timur, diajarkan secara turun temurun. Ada latihannya, kalau sudah kuat tenaganya, baru tirakat. Setiap setahun sekali saat malam satu suro, ada tirakadnya" ujar Jumadi usai beratraksi.

Menyemburkan api, hanya sebagian kengerian yang dipertontonkan dalam atraksi kuda lumping. Masih ada atraksi lain seperti memakan beling, silet, atau mengupas kelapa dengan gigi. Menurut Jumadi, atraksi berbahaya tersebut membutuhkan keahlian khusus yakni keahlian memanggil roh. Seorang lumping yang memakan beling, harus dirasuki roh terlebih dahulu agar ia kebal terhadap benda tajam. "Iya, itu kan harus bisa panggil roh. Roh apa saja. Nanti masuk ke orang itu, supaya orang itu setengah sadar, baru beratraksi," kata Jumadi.

Untuk menguasai kemampuan memanggil roh tersebut, dibutuhkan waktu bertahun-tahun. "Bertahun-tahun mbak, saya delapan tahun. Itu roh sembarangan, roh siapa saja, bisa masuk ke siapa saja, bisa ke penonton juga. Dipanggilnya baik-baik, diusirnya juga baik-baik nanti," imbuhnya.

Saat ini, Jumadi sedang menurunkan ilmunya kepada anaknya yang paling tua. Menurutnya, kesenian kuda lumping ini harus terus dilestarikan. "Iya anak saya belajar. Tapi ini sebagai sambilan, dia juga kerja yang lain, asalkan kuda lumping ini terus ada, turun-menurun. Ini kan kesenian Indonesia mbak," katanya.

Di desa Jumadi, kesenian kuda lumping ini masih terjaga. Menurut Jumadi, masih banyak masyarakat Surabaya yang tertarik memainkan kesenian ini. "Masih banyak, yang kecil-kecil banyak," katanya.

Kesenian kuda lumping berasal dari pulan Jawa, khususnya Jawa Timur. Ciri khas atraksi ini adalah adegan berbahaya, penuh mistis, disertai pecutan yang ditampilkan bersama alunan kenong, gendang, dan gong.

Menurut Jumadi, pada awalnya kesenian ini hanya kegiatan masyarakat mengisi waktu luang. "Ceritanya, dulu, daripada ngomongin orang, mendingan main tebak-tebakan. Kita buat kuda-kudaan dari nampah, lalu dinaikin orang. Supaya bergerak, orangnya dipecut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com