Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Kencana, Surga Kuliner

Kompas.com - 23/01/2010, 04:07 WIB

Iwan Santosa

Aroma selai apel meruap dari irisan pie bercampur roombutter yang masih hangat. Ada tujuh muda-mudi bercanda seraya menyantap apple pie, Kamis siang (21/1) di kerimbunan pohon tua peninggalan masa Hindia Belanda di Jalan Pangrango, sudut Taman Kencana, dekat sisi Kebun Raya Bogor.

Kami sengaja datang dari Jakarta untuk makan apple pie di sini. Sebulan bisa sekurangnya sekali kami ke Bogor untuk jajan,” ujar Sarsa (20), mahasiswi asal Jakarta yang sedang menyantap apple pie di Pia Apple Pie, satu dari beberapa tempat mangkal favorit di Taman Kencana, pusat hunian elite era kolonial tak ubahnya kawasan Menteng di Jakarta bagi Kota Bogor.

Saat dicicipi, sepotong kecil apple pie yang masih hangat memberikan ragam sensasi, manis saus apel, renyahnya keju, dan wangi kayu manis. Nyaammmh....

Tak lama kemudian, serombongan oma berpenampilan netjes datang ke etalase memesan beberapa pinggan pie. Blueberry pie, apple pie, dan chicken pie segera dibungkus dalam kantong plastik. Dengan wajah puas, mereka pun menenteng buah tangan berisi pie buatan Bogor itu, lalu meninggalkan kedai.

Sepelempar batu dari kedai Pia Apple Pie, sebuah bangunan Indisch—kombinasi Eropa dan lokal—era Voor de Oorlog (zaman sebelum Perang Dunia II) terlihat ramai dikunjungi orang. Rumah antik itu ternyata restoran yang diberi nama Met Liefde dari bahasa Belanda yang berarti ”Dengan Cinta”.

Deretan kursi antik berbalut anyaman rotan, meja rendah, lemari kuno, lantai berhias tegel Maastricht dan hiasan klompen—bakiak Belanda—serta pernak-pernik kuno, kain batik, hingga ukiran Jawa tempo doeloe menghiasi rumah tinggal yang disulap menjadi restoran unik itu.

Saat baru saja duduk santai di kursi ala Hotel Des Indes—salah satu hotel terbaik di Asia di kawasan Harmoni yang dirobohkan pada tahun 1970-an—pelayan perempuan dan pria yang berbusana pemerah susu mirip jongen en meisje (pemuda dan noni Belanda) langsung mendatangi kita dengan ramah.

Menu yang ditawarkan adalah perpaduan tempo doeloe dan hidangan populer masa kini. Menu Belanda dari pembuka huzarensla (selada khas Belanda), sup bruinebonen dengan kacang merah yang halal bagi Muslim karena menggunakan iga sapi, bistik tempo doeloe, dan penutup berupa poffertjes direkomendasikan pelayan.

Menu populer bagi anak muda sekarang juga disediakan, seperti barbecue sausage, chicken wings, mixed omelette, mayonnaise shrimp, spaghetti, fettucini dan piza, hingga menu rijstaffel, seperti nasi goreng dan gado-gado. Yang unik, piza di restoran ini dibakar di tungku tanah liat dengan sumber api dari kayu bakar yang menghasilkan aroma khas.

”Kalau akhir pekan, sebagian besar tamu datang dari Jakarta. Restoran pada hari biasa lebih ramai pada malam hari saat makan malam,” ujar Icha, anggota staf Met Liefde.

Sajian anggur merah dan anggur putih dari Perancis, Italia, dan Australia juga disediakan untuk teman bersantap.

Sajian unik lain dari Taman Kencana adalah Restoran Macaroni Panggang yang masih satu eigenaar—pemilik—dengan kedai Pia Apple Pie di sisi timur Taman Kencana.

Wiwin Widyawati, pengawas di Pia Apple Pie yang turut mengurus Restoran Macaroni Panggang, mengatakan, restoran yang menempati bangunan Indisch dua lantai itu kini menyediakan tambahan variasi menu. ”Sekarang ada menu ayam panggang, iga panggang, jamur panggang, kerang panggang, dan shashlik panggang,” kata Wiwin.

Seandainya tidak ingin makan berat, tempat minum dan makan ringan yang hip bagi muda-mudi ada di dekat Lapangan Sempur di bawah Taman Kencana, yakni De Koffie. De Koffie yang berada di kompleks De Kolonial memiliki tempat nyaman dan modern. Kopi tradisional, seperti Jawa, Toraja yang disajikan pekat, hingga coffee latte dan karamel, tersedia di sana.

Wisata kuliner di Taman Kencana memang surga bagi pemanja lidah yang ingin menikmati udara relatif lebih sejuk dari Jakarta seraya menikmati bangunan dan pepohonan tua dari masa silam. Meski terkesan mewah, harganya pun terjangkau, masih pada kisaran Rp 20.000 hingga Rp 100.000 per porsi.

Tak jauh dari Taman Kencana terdapat Istana Bogor, tempat Letnan Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles tinggal (1811-1816). Di Istana Bogor, Raffles juga kehilangan istrinya, Lady Olivia, yang meninggal karena sakit.

Bogor yang ditempuh dalam satu jam perjalanan dari Jakarta dapat menjadi alternatif setelah Bandung. Memanjakan lidah sekaligus menghargai sejarah. Bogor alias Buitenzorg alias Sanssouci atau tanpa beban pikiran karena sungguh nyaman hidup di Bogor tempo doeloe!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com