Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Odan Cuma Ingin Rumahnya Kembali...

Kompas.com - 28/03/2010, 11:41 WIB

Rumah miliknya rusak parah digerus dahsyatnya air jebolan tanggul Situ Gintung. "Rumah saya udah hancur, tinggal sisa tembok-tembok dan sedikit atap aja," terang Odan.

Kehilangan istri, tiga anak, dua cucu, dan menantu menohok perasaan Odan begitu dalam. Ketika itu, dia hampir tak mau diajak bicara oleh siapa pun selain kedua anaknya. Kehilangan Aisyah, sosok istri yang dinikahinya pada 1975 itu membuatnya seperti kehilangan keseimbangan hidup.

Saat warga lain memilih tinggal secara bersama-sama di pengungsian. Odan memilih mengajak anak dan cucunya kembali ke rumahnya yang rusak. Dengan tenaga dan kemampuan seadanya, ia membangun kembali rumahnya sekenanya, sekadar bisa menjadi tempat merebahkan kepala. "Saya sakit hati ini rasanya saat itu. Saya enggak bisa banyak bicara sama orang lain," tuturnya.

Sedikit demi sedikit ia kemudian menjalani dan mulai menata hidupnya. Berbagai macam bantuan dan santunan yang didapatkan ia pergunakan untuk menyambung hidupnya, kedua anak, dan cucunya. "Anak saya, Melda, saat itu sudah lumayan. Dia sudah punya tanah petakan di kampung atas. Di situ saya bangun tempat tinggal buat kami semua," ungkapnya.

Kembali normal

Perlahan tetapi pasti, Odan mulai bisa menapaki hidupnya seperti sedia kala. Dengan bijak ia mengatakan, hanya dengan kekuatan Ilahi ia masih bisa bertahan sampai sekarang ini. "Saya cuma banyak-banyak zikir, tahajud, alhamdulillah hati jadi agak tenang," ungkapnya.

Usaha jahit dan berjualan gorden yang ia jalankan sejak tahun 1977 kembali ia tekuni. Anaknya, Melda, ikut membantu keuangan keluarga dengan membuka usaha toko kelontong di petakan rumahnya kini. Sementara itu, putranya, Iwan, sekarang cukup bisa mandiri dengan ikut bantu-bantu menjadi petugas parkir di sebuah kampus tak jauh dari situ. "Bayu cucu saya sekarang sudah kelas II SD," ucap Odan sambil menebar senyumnya.

Kini, kondisi Odan hampir pulih sepenuhnya. Kesedihan mendalam tak lagi dirasakannya. Kegiatan sehari-hari berjualan gorden, aktivitas, dan kebersamaan dengan warga sekitarnya sedikit-sedikit mengubur kedukaan Odan. "Warga di sini semua baik-baik. Biarpun kita semua kena bencana, semua mau saling bantu," tuturnya.

Sokongan bantuan dari berbagai pihak dan pemerintah tak lupa ia ucapkan dengan banyak terima kasih. Tanpa itu semua, tutur Odan, belum tentu ia bisa kembali pulih secara ekonomi seperti sekarang.

Berharap rumah kembali

Akan tetapi, Odan mengatakan masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Keinginannya untuk bisa kembali ke lokasi bekas rumahnya masih belum terealisasi. Bangunan rumahnya di tengah lokasi bekas bencana saat ini hanyalah bangunan tak terurus. Rencana pembenahan tata ruang masih mengganjalnya untuk bisa segera kembali. "Saya penginnya supaya pembenahan waduk sama permukimannya bisa cepet selesai. Saya cuma pengin rumah saya di tanah saya kembali lagi," ujarnya.

Entah kapan keinginan Odan itu bisa terealisasi. Setahun sejak bencana dahsyat itu, lokasi bekas permukiman warga sekitar Situ Gintung masih rata tanah. Rencana pembenahan tata ruang area Situ Gintung secara kasat mata belum terlihat.

Wali Kota Tangerang Selatan Sholeh MT, dalam sambutannya pada acara peringatan satu tahun bencana Situ Gintung Sabtu pagi mengatakan, salah satu rencana pembangunan Situ Gintung adalah pembenahan tata ruang. Di dalamnya termasuk pembenahan permukiman warga. Mungkin saja, Odan Holil dan puluhan warga senasib lainnya masih perlu sedikit bersabar menunggu rencana itu terealisasi. Semoga....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com