Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Penari? Datanglah ke Solo

Kompas.com - 10/06/2010, 15:12 WIB

Sebagian dosen, ia bahkan melarang pengembangan terhadap sesuatu yang dianggap telah menjadi baku atau pakem. Polemik antara tradisi dan kontemporer menghangat. Merembet sampai kalangan mahasiswa yang terpecah orientasinya.

Yang berkukuh ingin mempertahankan tradisi membikin kaus berbunyi ”Ora waton obah” (Tidak asal gerak). Mahasiswa yang prokontemporer menandingi dengan memproduksi kaus dengan nada tak kalah mengejek, ”Sing penting ngulet” (Yang penting menggeliat).

Pada waktu itu, menurut Fafa, kesempatan mahasiswa untuk memiliki job di luar perkuliahan juga sangat terbatas. ”Paling kami dapat job pada Hari Ibu, Hari Pendidikan, kesempatan-kesempatan seperti itu. Keluar negeri juga beramai-ramai untuk proyek pariwisata,” kenang Fafa.

Perlahan-lahan, globalisasi dunia hiburan berembus memengaruhi ISI Surakarta. Tahun 2006, sebuah proyek kesenian di London mencari penari dengan melakukan audisi di Solo. Para mahasiswa, entah itu yang mengklaim diri lebih condong ke tradisi ataupun kontemporer, banyak yang mengikuti audisi ini. Hasilnya, sejumlah mahasiswa terpilih untuk proyek di Eropa itu.

Dari situ pula mereka mulai kenal kontrak, detail angka menyangkut bayaran—di mana pada waktu itu katanya mereka menerima honor satu penari sekitar Rp 20 juta satu bulan. ”Jumlah yang besar untuk mahasiswa,” kata Fafa.

Tak kalah penting untuk dicatat pengalaman sebelumnya ketika penari dari kampus ini yang tengah menempuh studi lanjut di Universitas California di Los Angeles (UCLA), Eko Supriyanto, terpilih menjadi penari bintang tersohor Madonna dalam Drown World Tour pada tahun 2001.

Eko yang mengikuti audisi di Los Angeles terpilih menjadi satu di antara 12 penari, di antara peserta audisi di Los Angeles dan New York yang jumlahnya mencapai 12.000 peserta. Eko yang kini kembali ke kampusnya, ISI Surakarta, sebagai pengajar, menjadi penata tari untuk drama musik Diana. Sekitar 25 mahasiswa tarinya memperkuat pertunjukan ini.

Industri

Kini, Jurusan Tari ISI Surakarta memang boleh dikata menjadi jurusan yang menonjol, dibandingkan dengan jurusan lain di situ, seperti Etnomusikologi, Karawitan, Seni Rupa, dan Pedalangan. Bahkan, dibandingkan dengan jurusan serupa di sekolah-sekolah tinggi seni di kota lain di Indonesia, Solo paling menonjol.

Gelombang globalisasi dunia hiburan telah menyeretnya menjadikan apa yang disebut tradisi dan kontemporer tak lagi bersekat. ”Cari penari itu susah, sehingga yang punya proyek-proyek kesenian larinya ke sini. Di sini jumlahnya bisa dibilang luar biasa banyak. Untuk koreografer saja bisa mencapai 15 orang. Semua produktif berkarya,” kata Fafa.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com