Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitter: Revolusi 140 Karakter!

Kompas.com - 25/07/2010, 08:57 WIB

Barangkali lantaran sifat-sifat Twitter inilah penggunanya terus melonjak. Menurut survei Sycomos, ComScore, dan Komunitas Twitter Fred Wilson, sebagaimana diungkapkan seorang blogger, Wicaksono, pengguna Twitter di Indonesia telah mencapai 5,6 juta orang. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara pengguna Twitter tertinggi di Asia. Bahkan, Indonesia menduduki posisi nomor enam di dunia setelah Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Kanada, dan Australia.

Sherina Tanpa mengetahui data ini pun penyanyi seperti Sherina dan artis Olga Lydia tetap merasa berkepentingan. Hampir setiap hari Sherina ngetweet soal remeh-temeh, seperti mau mandi atau makan. Terkadang pula ia ngetweet jadwalnya menyanyi di berbagai tempat. Dan sekitar 475.839 followers-nya (pengikut) bisa langsung merespons dengan berbagai ekspresi.

Karena pengikutnya begitu banyak, Sherina pernah dinobatkan sebagai ”Woman for Networking” oleh majalah Marketeers. Selain itu, oleh berbagai produk, pengikut yang banyak juga berarti pasar. Sherina kemudian dikontrak oleh sebuah produk untuk ngetweet merek produk tersebut. ”Saya menanggapi (respons followers) kalau ada komentar seru dan menarik,” kata Sherina.

Olga Lydia tak sejauh Sherina. Presenter ini hanya memperlakukan Twitter sebagai pengisi waktu ”terbuang” di tengah kemacetan Jakarta atau saat-saat menunggu giliran shooting. Saat riuhnya Piala Dunia lalu, Olga memberi ilustrasi, ia ngetweet soal si Paul gurita. ”Eh ternyata dapat jawaban macem-macem dan lucu...,” katanya.

Bagi mantan anggota DPR, Alvin Lie, Twitter diperlakukan sebagai bagian dari media kontrol sosial. ”Twitter jadi katup sosial. Kita sering komplain, tapi sulit disampaikan. Lewat Twitter justru bisa,” katanya.

Dengan hanya memberi ruang 140 karakter kepada para pemilik akun, Twitter kemudian bergerak menjadi revolusi penyederhanaan tampilan, sekaligus menantang kreativitas kita untuk bersikap lebih sublim dan bahkan kontemplatif. Jika revolusi penyederhanaan itu dialirkan kepada puluhan ribu orang, bahkan rezim pun terancam terguling di Moldova. Waspadalah. (AMR/XAR/IND/IAM/CAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com