Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengerukan Terhambat Cuaca

Kompas.com - 29/07/2010, 17:55 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Selain berpotensi menimbulkan banjir berkepanjangan di Bandung selatan, hujan yang terus turun di Cekungan Bandung menyulitkan petugas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum untuk melakukan pemeliharaan dan pengerukan rutin. Lumpur yang dikeruk dari dasar sungai kembali larut dan masuk ke sungai saat hujan mengguyur kawasan Bandung dan sekitarnya.

Kondisi itu seperti terpantau pada Rabu (28/7) di Kampung Muara Andir, Kelurahan Andir, Baleendah, Kabupaten Bandung. Sungai yang melintasi kampung itu dipadati sedimen berupa lumpur yang hitam pekat dan bercampur sampah.

Sejak awal pekan ini BBWS Citarum mengeruk bagian sungai yang melintasi kampung itu. Dua mesin keruk (backhoe) dan 14 petugas dikerahkan. Hasilnya belum maksimal karena lumpur kembali masuk sungai.

Hujan juga menggerus tanggul yang membatasi sungai dengan jalan dan permukiman warga. Tanggul itu berasal dari tumpukan lumpur yang dimanfaatkan untuk membatasi sungai dengan permukiman.

Yulianto, pelaksana kegiatan operasional dan pemeliharaan dari BBWS Citarum, mengatakan, target penyelesaian pekerjaan dalam 1,5 bulan kemungkinan kecil terpenuhi. "Kami berkejaran dengan cuaca yang tidak menentu," katanya saat mengawasi pengerukan di Muara Andir.

Banyaknya sampah plastik yang menyertai sedimen juga menyulitkan pengerukan. Setelah kering, sampah itu terbawa angin dan masuk kembali ke sungai. Tak urung banyaknya sampah di tumpukan lumpur menjadi rebutan pemulung.

Menurut dia, lumpur yang telah dikeruk itu akan digunakan untuk meninggikan tanggul. Ketinggian tanggul yang awalnya 1,5 meter akan ditambah sampai mencapai 3 meter. Sebab, tanggul yang lama sudah tidak mampu menahan laju limpasan air saat bah datang.

"Saat banjir besar awal tahun ini, rumah saya terendam sampai melebihi kepala. Lumpur yang masuk setinggi lutut," kata Entin (51), warga RT 1 RW 6, Kampung Muara Andir. Rumah Entin dan sungai hanya dibatasi jalan kampung. Puluhan rumah lain di kawasan itu bernasib serupa. Hal itu bisa dilihat dari bekas air pada tembok rumah warga yang ketinggiannya sampai 2 meter.

Tetap banjir

Pengerukan rutin oleh BBWS Citarum itu difokuskan di Andir dan Cieunteung dengan wilayah garapan 1,5 kilometer. Alasannya, kawasan itu terkena banjir paling parah. Namun, pengerukan itu tidak bisa menghentikan banjir. "Ini cuma meminimalisasi banjir. Jika dulunya banjir sampai 3 meter, dengan pengerukan ini bisa ditekan sampai 1 meter," kata Yulianto.

Banjir tidak terhindarkan karena pengerukan hanya dilakukan pada sebagian kecil badan sungai, sedangkan erosi tanah dari kawasan hulu terus terjadi. Sebagian warga yang tidak disiplin juga memperkeruh kondisi ini dengan membangun rumah di bantaran sungai.

Komandan Operasi Baraya Bandung Cecep Yusuf Mulyana mengatakan, sejumlah warga telah membongkar bangunan rumahnya di bantaran guna memudahkan pengerukan. "Jika dimungkinkan, warga yang tinggal di sekitar sungai, seperti Cieunteung dan Leuwibandung, diizinkan membeli tanah karena selama ini mereka membayar pajak dan tinggal di sana selama puluhan tahun," ujar Cecep. (REK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com