Sterilisasi merupakan salah satu program percepatan pengurai kemacetan Jakarta hasil kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kepolisian Daerah Metro Jaya. Rencananya, sterilisasi dilakukan Agustus hingga akhir tahun 2010. Namun, dari pengamatan Kompas di lapangan, sterilisasi tidak efektif karena sarana dan prasarana penunjang lain belum terpenuhi.
Sebagai contoh, ratusan calon penumpang yang berdesak-desakan menunggu datangnya bus transjakarta terlihat di selter Harmoni di Jakarta Pusat, di kawasan Mampang hingga Buncit di Jakarta Selatan, kawasan Kalideres di Daan Mogot, Jakarta Barat, dan Pulogadung di Jakarta Timur.
”Sudah menunggu hampir 15 menit, bus belum datang juga. Capek,” kata Cecil (25), yang mencegat bus transjakarta di Buncit.
Jarak kedatangan antarbus memang jadi masalah besar. Bus yang seharusnya tiba setiap 3-5 menit di setiap selter kenyataannya baru tiba antara 10-20 menit, bahkan lebih. Di dalamnya sudah penuh dengan penumpang sehingga terjadi penumpukan calon penumpang di selter.
Sementara di jalur bus transjakarta di Koridor III jurusan Kalideres-Harmoni, sterilisasi sulit dilakukan. Sepeda motor, mobil, dan angkutan umum tetap masuk ke jalur bus transjakarta.
Antrean terlihat baik di jalur reguler maupun di jalur bus transjakarta yang dipadati kendaraan. Kemacetan terjadi sejak sebelum pukul 07.00, terutama sepanjang Jalan Daan Mogot
Penerobosan juga terjadi di Koridor V Ancol-Kampung Melayu. Penerobosan paling banyak dilakukan di Jalan Jatinegara Barat dan Jalan Matraman.
Berdasarkan analisis data dari Institute for Transportation and Development (ITDP) Indonesia, belum optimalnya layanan bus transjakarta memang tidak semata akibat jalurnya tidak steril. Namun, keterbatasan jumlah armada dan pasokan bahan bakar gas yang belum memadai membuat pelayanan bus tersendat.