Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pindah Ibu Kota Kurangi Komuter Jakarta

Kompas.com - 04/08/2010, 16:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemindahan pusat pemerintahan ke luar Kota Jakarta adalah salah satu solusi memecahkan permasalahan Jakarta. Demikian dikatakan Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sonny Harry B. Harmadi.

Selama ini, menurutnya, salah satu permasalahan Jakarta adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di daerah yang mengitari Jakarta. Ia memaparkan, pada tahun 1995 kepadatan penduduk DKI Jakarta relatif stabil yaitu 11.413 jiwa per kilometer persegi. Di tahun 2007, meningkat menjadi 11.499 jiwa per kilometer persegi.

"Artinya, selama 12 tahun, kepadatan hanya bertumbuh sebesar 0,75 persen," kata Sonny saat mengisi diskusi "Urgensi Pemindahan Ibu Kota ke Kota Selain Jakarta", di Gedung DPD, Jakarta, Rabu (4/8/2010).

Namun, pertumbuhan signifikan justru terjadi di kota penopang Jakarta yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang mengalami pertumbuhan kepadatan 67 persen, dari 1690 pada tahun 1995 menjadi 2.823 pada tahun 2007. Meningkat drastisnya pertumbuhan penduduk di pinggiran Jakarta, disebutnya sebagai suburbanisasi.

"Disebabkan, membaiknya infrastruktur yang menghubungkan Jakarta dengan daerah sekitarnya, mahalnya harga tanah, terbatasnya lahan kosong dipusat kota, dan berkembangnya aktifitas ekonomi di wilayah pinggiran," papar staf pengajar Ekonomi Perkotaan UI ini.

Pada tahun 2002, data menunjukkan bahwa ada sekitar 740 ribu komuter di Jakarta. Sedangkan pada tahun 2009, data Badan Pusat Statistik menyebutkan ada sekitar 1,4 juta komuter di Jakarta dan separuhnya berasal dari pinggiran kota. Dari jumlah itu, sekitar 21,3 persen komuter bekerja sebagai pegawai pemerintahan.

Oleh karena itu, pemindahan pusat pemerintahan, menurutnya, akan mengurangi jumlah komuter yang menambah kepadatan Jakarta. "Sebab para komuter ini sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi. Kalau pusat pemerintahan pindah, setidaknya mengurangi 21,3 persen persen komuter yang merupakan pegawai administrasi pemerintahan," kata Sonny.

Jika dipisahkan antara Ibu Kota negara dan pusat pemerintahan, menurutnya, jarak kedua kota tidak boleh terlalu jauh. "Lalu pusat pemerintahan ke mana? Ini tidak mudah. Karena wilayah seputar Jakarta sudah padat. Sementara, Pulau Jawa juga sudah padat. Sebesar 56 persen penduduk Indonesia ada di Jawa," ujar dia.

Sonny sepakat, pilihan kepada Palangakaraya dan Makassar dinilai layak. Sebab, transportasi menuju kedua kota itu juga tidak ada hambatan. Ia mengatakan, jika pusat pemerintahan dipindahkan di seputar wilayah Jakarta atau Pulau Jawa tidak akan bertahan dalam waktu lama.

"Ibaratnya hanya memindahkan masalah ke tempat lain. Kita harus berpikir, Indonesia tidak hanya Jakarta atau Pulau Jawa saja," kata Sonny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com