Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Maen Pukul" hingga Wadah Berbaur

Kompas.com - 26/09/2010, 09:47 WIB

Seusai pencak silat, giliran artis-artis Betawi menghibur warga yang hadir. Baru mendengar suara melengking pelawak Betawi, Mpok Nori, di atas panggung, pengunjung langsung berkerumun hendak menikmati banyolannya. ”Saya ke sini mau ketemu Mpok Nori. Tadi sudah salaman,” kata Haliyah, warga Kembangan, Jakarta Barat, yang datang bersama 11 kerabatnya untuk menikmati Lebaran ala Betawi itu.

Mpok Nori, bersama kelompok lenong (Bolot cs), hadir dalam setiap penyelenggaraan Lebaran ala Betawi yang dimulai pada 2008. Bagi Mpok Nori, acara Lebaran ala Betawi sangat menarik karena beragam kesenian khas Betawi bisa ditampilkan dan dinikmati warga.

”Semua orang berkumpul di sini menikmati kesenian Betawi, jadi bisa jadi ajang untuk melestarikan budaya juga,” ujarnya.

Perhelatan sekali setahun ini digelar dua hari, Sabtu dan Minggu (26/9/2010) mulai pukul 09.00 hingga 21.00. ”Kami mau seharian di sini sampai nanti malam. Besok lanjut lagi, sampai malam juga,” ujar Yuli, warga Kembangan.

Tidak perlu khawatir akan bosan jika Anda memutuskan untuk menikmati Lebaran ala Betawi seharian seperti Yuli. Ada pertunjukan ondel-ondel, nasyid, hadrah, marawis, lenong, wayang golek Betawi, rebana, keroncong tugu, dan gambang kromong yang ditampilkan di panggung utama. Sepanjang siang hingga malam hari, silih berganti mereka akan menghibur pengunjung.

Sambil bergoyang menikmati pertunjukan tersebut, pengunjung bisa menikmati berbagai makanan dan jajanan khas Betawi ataupun daerah lain. Di sepanjang tempat digelarnya Lebaran ala Betawi, berdiri tenda-tenda yang menyediakan beragam sajian teman menonton pertunjukan.

Ada kerak telor, asinan sayur, dodol Betawi, tape uli, kembang goyang, dan beragam penganan lain. Tak ketinggalan pula suvenir berupa miniatur ondel-ondel di dalam tabung atau kotak plastik yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan atau buah tangan.

Mengenai Lebaran ala Betawi ini, Gubernur Fauzi Bowo mengatakan, acara ini merupakan simbol persatuan warga Jakarta. ”Warga Betawi terbuka dan membuka diri terhadap perkembangan sekitarnya. Kita tetap saling menghargai karena Jakarta untuk semua,” katanya.

Keterbukaan memang menjadi modal pokok, mengingat Jakarta adalah melting pot yang membaurkan segenap lapisan masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan mancanegara. Mereka datang ke Ibu Kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sayup-sayup terdengar lagu ”Sirih Kuning”, seolah pas dengan gagasan pembauran itu.

Sirih kuning, nona, batangnya ijo, nona

Yang putih kuning, ya nona, yang putih kuning, ya nona memang sejodo.... (FRO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com