Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maksudnya Banjir Bebas ke Mana Saja...?

Kompas.com - 26/10/2010, 07:54 WIB

Celakanya, 50 meter menjelang masuk Dharmawangsa Square, sang suami yang membawa mobil Alphard itu harus menunggu sampai sejam lebih. ”Dia bilang mau turun berbasah ria juga enggak bisa. Ya udah, telepon akulah buat buang rasa jenuh di mobil,” jelas Dona.

Lain lagi cerita Tri dan Dian, karyawati perusahaan swasta di Palmerah, Jakarta Barat. Senin sore kemarin, perjalanan pulang naik kereta api tidak selancar biasanya.

”Ada informasi, rel kereta terendam di Stasiun Kampung Bandan, Tanah Abang, Kebayoran Lama, Pondok Ranji, Pondok Betung, dan mungkin beberapa titik lagi. Kereta api, seperti KRL, sebagian tidak bisa beroperasi,” kata Tri.

Tri mengatakan, biasanya pada jam-jam sibuk di sore hari, minimal ada empat rangkaian kereta yang melayani rute Tanah Abang-Palmerah-Rangkasbitung. Namun, sore kemarin, hanya KRD Rangkas Jaya yang bisa beroperasi. Rangkaian kereta lain tertahan di beberapa stasiun yang terendam banjir.

Tri dan Dian yang biasanya naik KRL menuju Tigaraksa di Tangerang dan Rawa Buntu di Serpong sekitar pukul 16.00- 17.00, kemarin baru bisa terangkut kereta pada pukul 19.30. ”Saya dua kali mau naik KRL tetapi tidak jadi karena KRL- nya terlalu penuh” ujar Tri.

Jika Tri dan Dian akhirnya bisa naik kereta, tidak demikian dengan Hari Sasmito (48). Dia menunggu kereta di Stasiun Palmerah sejak pukul 16.00. Namun, hingga pukul 21.00, kereta yang ditunggunya tidak kunjung datang. ”Padahal keluarga mengabari kalau rumah saya juga kebanjiran,” kata Hari yang tinggal di Sarua Permai, Pamulang, Tangerang.

Dona yang kala itu berada di rumah berulang kali menerima keluhan banjir dari teman-temannya lewat telepon selulernya. Kata mereka, banjir di mana-mana. ”Mau bilang apa? Mengkritik? Mengeluh? Mengadu? Cape deee.... Bertahun-tahun keadaan enggak pernah berubah, bahkan kian memburuk. Jawaban yang pas mungkin, ya kita tunggu aja. Ha-ha-ha..,” kata Dona.

Artis lain, Anya Dwinov mengibaratkan Jakarta bak jantung dengan aliran darah yang sakit karena kolesterol yang bernama banjir dan kemacetan. ”Jangan heran kalau warga Jakarta pada kena kolesterol tinggi di jalanan. Siap-siap deh tuh tablet ini itu di dasbor mobil,” ucapnya.

Sama seperti Dona, dia merasa capek memberi masukan atau kritik soal banjir dan kemacetan di Jakarta. ”Kalo ikut- ikutan mengkritik, bisa kena kolesterol juga kita,” ucapnya.

Pemerintah boleh saja bilang, yang terjadi sekarang bukan banjir, melainkan hanya genangan air. Namun faktanya, jutaan warga Jakarta kebasahan, kelelep, dan menderita berjam-jam. (WIN/FRO/ARN/NEL/DEN/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com