Bagaimana memaknai Hari Pahlawan?
Kalau saya mengelola kota ini untuk kepentingan saya atau golongan saya, saya mencederai tujuan pahlawan (berjuang). Penghargaan saya berikan dengan mengelola kota ini sebaik mungkin. Itu sebenarnya yang diinginkan para pejuang yang rela melepaskan nyawa mereka untuk kemerdekaan Surabaya.
Bagaimana mengaktualisasi Hari Pahlawan?
Pertama, anak-anak harus tahu sejarah Hari Pahlawan. Dia harus tahu bagaimana dan mengapa disebut Hari Pahlawan. Karena itu, kemarin saya tidak mau hanya karnaval (Parade Surabaya Juang, 7 November 2010 dari Kantor Gubernur Jawa Timur ke Balaikota Surabaya). Ada teaterikal tentang sejarah, dulu terjadi apa di kawasan itu.
Saya juga ingin anak-anak bertemu dengan tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku peristiwa bersejarah. Pejuang di Surabaya berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Saya ingin ada event mempertemukan pelaku sejarah itu dengan anak-anak.
Kemudian, kalau dulu lawan penjajah, ke depan melawan apa? Paling berat melawan kebodohan dan masalah ekonomi atau kemiskinan. Nah, itu yang harus diperangi bersama.
Saya ingin (peringatan) 10 November untuk bangkitkan masyarakat Surabaya untuk berjuang dari sisi ekonomi. Bagaimana masyarakat merasakan dampak pembangunan dengan menjadi pelakunya. Dengan semangat kepahlawanan ini, masyarakat bersama pemerintah memperjuangkan ekonomi mereka.
Hari Pahlawan tidak bisa lepas dari sosok Bung Tomo. Apakah perlu membuat makam yang lebih bagus?
Ke depan memang ingin menjadikan tempat yang lebih representatif. Memang tidak mudah. Ada masalah-masalah sosial ekonomi warga di sekitarnya. Itu PR saya ke depan.