JAKARTA, KOMPAS.com — Massa aktivis Benteng Demokrasi Rakyat atau Bendera kembali mendatangi depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menuntut KPK menuntaskan kasus Century.
Di dalam aksinya, dua orang massa Bendera kembali melakukan aksi jahit mulut. Terhitung, sudah empat hari mulut mereka sengaja dijahit sejak Jumat (3/12/2010). "Mereka ini empat hari enggak makan. Bukan mencari popularitas, tapi untuk menekan KPK di bawah kepemimpinan Busyro segera menuntaskan kasus Century," ucap koordinator aksi, Simon Salakory, Senin (6/12/2010) di depan Gedung KPK, Jakarta.
Sambil membentangkan spanduk dan bendera bertuliskan "Usut Kasus Century", massa meminta KPK tidak tebang pilih kasus, termasuk dalam kasus Century. "Apabila KPK bisa menangkap dan mengusut kasus ratusan juta hingga miliaran, kenapa kasus Century yang Rp 6,7 triliun ini tak juga segera ditindak. Bongkar kasus ini dan seret siapa yang ada di belakangnya," tuntut demonstran.
Adapun di dalam orasinya, Simon mengaku akan mengerahkan massa lebih banyak lagi pada peringatan Hari Antikorupsi yang jatuh pada Kamis, 9 Desember 2010, untuk menggelar aksi di depan Gedung KPK.
Aksi ini tidak menyebabkan lalu lintas terhambat. Massa Bendera ini sebenarnya sudah sejak Rabu (1/12/2010) lalu menggelar aksinya di depan Gedung KPK. Tuntutan mereka pun sama dari hari ke hari, yakni meminta KPK, khususnya Ketua KPK terpilih Busyro Muqoddas, untuk menuntaskan kasus Century.
Bahkan, Busyro yang pada Kamis (2/12/2010) lalu mendatangi KPK tak lepas dari aksi massa Bendera. Saat itu, mobil Busyro yang hendak meninggalkan KPK dicegat massa Bendera di tengah jalan sehingga tidak bisa bergerak dan akhirnya polisi turun tangan untuk menepikan massa.
Tak kapok dicegat polisi, massa Bendera kembali melancarkan aksi protes pada Jumat (3/12/2010). Pada saat itu, massa Bendera mulai melancarkan aksi jahit mulut sebagai bentuk desakan kepada KPK. "Semoga di bulan terakhir tahun ini ada gebrakan dari KPK untuk menyelesaikan kasus Century. Jangan pilih-pilih kasus. Century harus segera dituntaskan," tandas Simon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.