Dengan ditertibkannya bangunan di sepanjang Jalan Fatmawati, lebar jalan akan konstan 22 meter. Jika dikurangi untuk proyek MRT selebar delapan meter, lebar jalan akan tersisa 14 meter atau masing-masing tujuh meter di kedua jalur.
”Lebar jalan tersisa masing-masing akan tetap dua lajur. Arus kendaraan bermotor pun tetap terwadahi seperti sekarang ini,” tuturnya lagi.
Hanya saja, kata Trijoko yang khusus menangani soal pembebasan lahan untuk proyek MRT, lalu lintas mungkin akan sedikit terganggu ketika ada pembangunan tiang-tiang penyangga rel layang.
Seperti diberitakan sebelumnya, MRT tahap I Lebak Bulus-Hotel Indonesia (HI) akan terbagi dua. Dari Lebak Bulus hingga Ratu Plaza (Patung Api Nan Tak Kunjung Padam di Jalan Jenderal Sudirman), MRT berada di atas tanah atau melayang mirip monorel. Dari Ratu Plaza hingga HI, tepatnya di sekitar depan Hotel Niko, MRT berada di bawah tanah.
”Akan ada pembangunan tiang penyangga dan stasiun layang. Stasiun layang akan membutuhkan lebar 42 meter, dengan lebar stasiun sendiri mencapai 30 meter termasuk untuk naik dan turun penumpang,” kata Trijoko.
Sementara itu, di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang merupakan kawasan terpadat yang akan dilewati MRT, setidaknya akan ada tiga stasiun.
Menurut Trijoko, khusus terkait pembangunan stasiun,
Sementara dari Blok A, Jakarta Selatan, hingga HI diperkirakan akan relatif lebih mudah karena kerapatan bangunan jauh lebih kurang.
Baik Ery maupun Trijoko menegaskan, rekayasa lalu lintas akan disiapkan sejak jauh hari sebelum pembangunan fisik dimulai.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan sendiri awal tahun ini sudah mulai membenahi dan membebaskan lahan untuk memperbaiki jalan di sekitar lokasi yang dilewati proyek MRT, antara lain di kawasan Cilandak dan Cipete. Jalan-jalan baru ini akan menjadi jalan alternatif lepas dari kemacetan saat alat-alat berat dan berbagai kegiatan pembangunan berlangsung di Fatmawati.