Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prya Ingin Menjadi "The Next" Bang Ali

Kompas.com - 17/04/2011, 15:52 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama anggota DPRD DKI Jakarta asal Partai Golkar, Prya Ramadhani, turut meramaikan bursa bakal calon Gubernur DKI Jakarta menjelang pemilihan pada tahun 2012 mendatang. Di internal partai, Prya masih harus bertarung dengan dua nama yang juga menyatakan niat menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta, yaitu Azis Syamsuddin dan Tantowi Yahya. Dalam perbincangan dengan wartawan Kompas.com, Sabrina Asril, Prya sempat menyatakan keinginannya menjadi "the next" Ali Sadikin alias Bang Ali, legendaris Gubernur DKI Jakarta. Seperti apa impian Prya?

Sudah sejauh mana pencalonan Pak Prya mendapatkan dukungan pusat, atau dari tingkat daerah? Ya, jadi dalam pencalonan ini DPD I Golkar DKI telah membuat pleno untuk mencalonkan saya selaku Gubernur DKI.

Sudah sepakat bulat dari daerah mencalonkan Bapak? Sudah. Cuma nanti kita ada mekanisme di Golkar, yaitu menggunakan survei, tapi diharapkan DPP ini juga akan mempertimbangkan aspirasi daerah.

Apa yang melatari Pak Prya untuk maju sebagai Gubernur DKI? Saya sudah 2 periode di DPRD DKI Jakarta bersama dengan pemda DKI menjalankan pemerintahan ini. Atas dasar itulah, saya coba mungkin saya bisa memberikan sedikit kontribusi dan memberikan solusi dari masalah yang dihadapi Jakarta maupun masyarakat.

Menurut Pak Prya, kriteria apa yang perlu dimiliki seorang Gubernur DKI? Pertama, harus berani. Kita ini di Jakarta punya masalah yang sangat kompleks. Di Jakarta ini, suku, agama begitu banyak. Jadi harus memberikan ketenangan bagi semua warganya, termasuk ketenangan dalam menjalankan ibadah. Kedua, harus berani tidak populis. Harus berani mengambil kebijakan yang tidak populis, yang banyak dikritik, asal itu memberikan dampak yang besar bagi masyarakat. Ketiga, harus mendengar. Harus mau mengakui bahwa kita ini bukan orang super, kita banyak kekurangan. Kalau enggak mau mendengar kritik, bagaimana mau memajukan Jakarta? Keempat, harus menjadi komunikator ulung. Insya Allah, sekarang saya coba ke arah itu. Saya sebenarnya sangat mengagumi kemampuan Bang Ali membenahi Jakarta.

Rasanya, semua program dia (Ali Sadikin) itu begitu bermanfaat dan rakyat merasakan sekali, termasuk saya. Jakarta berkembang begitu hebat. Kalau diberikan kesempatan, saya ingin juga menjadi Bang Ali berikutnya.

Kalau Pak Prya di Jakarta sudah berapa lama? Waduh, ha-ha-ha.... Saya ini memang bukan orang asli Jakarta. Saya lahir di Bandung. Tetapi sudah sekitar 50 tahun di Jakarta, bisa lebih lama dari orang Jakarta sendiri. Umur saya sekarang saja sudah 57. Tahun 2011 ini 58 tahun.

Jadi selama 50 tahun itu, Anda sudah merasa nyaman dengan Jakarta? Saya lihat kita sekarang masih ada beberapa masalah yang dirasakan kurang nyaman oleh kita semua. Semakin maju tetapi semakin tidak nyaman. Harusnya kan semakin maju, tapi lebih nyaman untuk semua masyarakat. Baik yang mampu maupun tidak mampu.

Bentuk ketidaknyamaan seperti apa yang dirasakan Anda selama ini? Mungkin kalau dulu saat masih kecil karena penduduk barangkali belum begitu padat, kita masih enjoy di Jakarta. Masuk pada Pak Ali Sadikin, kita melihat beberapa perubahan dan perubahan itu sangat dirasakan. Baik pembangunan di kota atau di lingkungan dengan proyek-proyek pembangunannya. Tahun 1971 saya di Makassar, begitu saya pulang ke Jakarta terasa, tuh, beda perubahannya pada masa Ali Sadikin. Pembangunannya dirasakan benar. Sekarang kalau kita lihat, pembangunan jalan sekarang nyaris hampir tidak ada, bahkan kurang sekali. Jalan-jalan ini banyak yang hasilnya Ali Sadikin. Kita enggak bisa berpikiran lahannya terbatas. Harus cari jalan keluar bagaimana mobil bertambah terus, harus ada solusinya. Apakah jalan itu di atas (jalan layang).

Tetapi harus dicarikan jalan keluarnya. Jangan sampai kalau tidak kita antisipasi, tahun 2014 nanti kemacetan sudah di luar pagar rumah. Ini yang harus dipikirkan. Saya lihat koordinasi antara pemda dan pemerintah pusat masih kurang.

Kalau dari daerah sudah bulat mengusung Pak Prya, dari koalisi Panbers sendiri bagaimana? Kita masih tetap dengan Panbers. Tapi Panbers itu sendiri akan memutuskan satu, kita belum tentukan siapa-siapa. Mungkin kita akan buat survei, Panbers juga buat survei. Saya harapkan bisa bulat.

Perkembangan Panbers sejauh ini apa? Masih jaring nama-nama. Nanti bulan Agustus akan kami survei.

Kita semua tahu Anda adalah besan dari Ketua Umum Golkar, Pak Ical (Aburizal Bakrie). Apakah ada faktor kedekatan yang kiranya bisa memuluskan langkah menjadi cagub dari Golkar? Restu memang sudah ada. Tapi di Golkar sendiri, tidak bisa juga karena Partai Golkar betul-betul menganut azas demokrasi. Jadi enggak bisa itu karena berbesanan jadi. Enggak ada pengaruhnya itu.

Apakah ada pesan-pesan tertentu yang disampaikan Pak Ical? Tentunya Pak Ical bilang, ayolah coba bekerja keras agar nanti polling dan surveinya baik. Di Golkar enggak bisa, kedekatan, besan-besanan terus jadi KKN. Karena Golkar milik semua.

Persiapan pencalonan apa sudah dilakukan seperti tim sukses? Ya, tengah dipersiapkan. Kalau saya, karena dari daerah jadi yang jalan ini otomatis perangkat kita di bawah yang jalan. Jadi dari tingkat kecamatan, kelurahan, RW. Nah, sekarang baru mulai konsolidasi di tingkat camat, kelurahan dan RW. Pertengahan bulan ini selesai langsung jalan untuk sosialisasi saya. Tim kita yang dibentuk dari daerah. Dari DPP Golkar tidak ada? Nanti ada. Akan jadi penasihat tim.

Sudah melakukan sosialisasi masyarakat? Kita bentuk-bentuk silaturahmi, dalam bentuk sosialisasi ataupun pesan-pesan sticker. Saya lakukan komunikasi saja dengan warga. Responnya, Alhamdulillah cukup positif. Kalau masyarakat tentunya mengharapkan yang lebih baik dari sekarang. Jangan sampai juga hak-hak mereka ke depan ini tetap sulit. Hak untuk mendapatkan kesehatan masih mengalami kesulitan untuk urus Gakin. Makanya, saya buka pos-pos aspirasi di sini, jadi masyarakat bisa langsung e-mail, Facebook, SMS. Apa pun yang memudahkan. Pendidikan juga, kadang-kadang ada program-program yang sosialisasinya kurang ke masyarakat, seperti beasiswa SMA. Akhirnya, ada beberapa yang putus sekolah karena enggak tau ada program itu.

Apabila nanti diberikan amanah memimpin Jakarta, program apa yang akan diutamakan? Program 2 tahun pertama ini, yang harus jadi perhatian adalah transportasi dan infrastruktur karena ini ke mana-mana, bisa lari ke ekonomi, bisnis. Kalau macet bagaimana ekonomi bisa jalan. Barang bisa jadi mahal karena kan orang menggunakan bahan bakar, ini yang harus jadi perhatian. Jangan sampai orang enggak mau investasi di Jakarta karena macet. Tentu program ini diutamakan tanpa melupakan program lainnya seperti pendidikan.

Cara untuk mengurai kemacetan bagaimana? Pertama, saya ingin melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat, yaitu dengan Kementerian Perhubungan, PU, maupun dengan PT KAI. Komuter ini harus jalan. Saya ingin tiap jam dari Bogor, Bekasi, kita mau ke sini tiap jam ada dan harus tepat waktu. Nah, untuk itu semua apa yang diperlukan? Kalau itu bisa jalan, ini lumayan bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dari wilayah sekitar. Jadi orang kalau transportasinya bagus, tepat waktu, mungkin orang enggak akan bawa mobil lagi ke Jakarta. Kedua, saya sudah bicarakan ini harus dibuatkan semacam park and ride di wilayah sekitar seperti di Bintaro, Depok, Bekasi Barat, Bekasi Timur. Itu harus dibuat tempat-tempat parkir. Sehingga orang dari rumah parkir kendaraannya di sana, dari situ mereka pakai feeder busway. Busnya kita tambah terus feeder-nya juga harus banyak. Jangan sampai orang menunggu busway lama, akhirnya dia balik lagi bawa kendaraan. Harus ada prioritas mana yang mau kita tahan dulu. Menurut saya, mobil orang-orang luar Jakarta dulu deh jangan masuk Jakarta. Tetapi, kita tidak bisa melarang begitu saja, maka kita harus siapkan park and ride, feeder-nya aman dan nyaman. Terus monorel ini secepatnya dilanjutkan. Masak selama bertahun-tahun enggak selesai-selesai?

Kalau dikasih amanah sebagai gubernur, monorel akan dilanjutkan? Lanjutkan yah, ini program bagus cuma yang mengusulkan swastanya kan yang kemarin enggak mampu. Jadi semua moda transportasi harus dijalankan mulai dari kereta api, monorel, MRT, busway.

Artinya tidak ada ada perubahan kebijakan? Sering kali, kalau ganti pemimpin ganti kebijakan? Wah, jangan dong. Sesuatu yang baik dan bagus, walaupun itu ide siapa, pemimpin yang lama kek yah teruskan. Jangan kita tidak mau meneruskan program karena ide dari pendahulu kita. Intinya kita ingin memberikan kemudahan, kenyamanan, idenya boleh datang dari siapa pun. Kita manusia yang terbatas, ada keterbatasan jadi enggak usah malu menerima masukan dari siapa pun.

Untuk pencalonan ini, apa sudah ada meminta masukan dari tokoh-tokoh masyarakat atau mungkin gubernur-gubernur sebelumnya? Saya belum jalan ke gubernur-gubernur tapi ke tokoh masyarakat di wilayah-wilayah sudahlah dilakukan minta restu dan masukan. Komunitas Betawi, ada juga yang bukan Betawi, dari Sunda, Jawa, atau tokoh masyarakat di lingkungan, siapa pun lah.

Untuk program sosmas bagi rakyat miskin bagaimana? Saya tidak akan memberikan materi, tapi saya ingin bagaimana membangun kelurahan dari pemuda. Kita di kelurahan banyak anak-anak yang berinovasi. Nah, ini bagaimana kita buat program kelurahan, merangkul ahli, dan menggandeng LSM. Untuk mengembangkan perekonomian di situ. Kita lakukan pelatihan, tapi harus ada ahlinya di kelurahan. Ahlinya bisa dari universitas, atau dari LSM. Nah, di situ biar dia enggak jatuh miskin terus. Kalau kita kasih duit itu dia enggak maju-maju, harus kita rangsang dia. Dan memberikan pemahaman kepada pemuda jangan sampai takut berinovasi atau berkreasi karena kita akan membantu mereka dalam hal penelitian. Jadi, membangunlah dari kelurahan, ibu-ibu juga demikian. Banyak anak-anak kita yang kreatif cuma sering terbentur dengan modal. Jadi kita bantu bagaimana supaya produk mereka bisa dipasarkan.

Masyarakat tinggal di pinggir kali bagaimana? Mereka harus diberikan pemahaman, kalau mendiamkan mereka sama saja melanggar hak asasi mereka. Hak asasi bahwa mereka harus dapat tempat yang layak. Berikan tempat yang nyaman, saya sudah berkali-kali bicara dengan gubernur. Ini yang kurang koordinasi. Saya turun ke lapangan saya tanya, kali ini kan memang harus dibersihkan mau enggak pindah ke rusun? Mau mereka, tapi kita harus bikinnya di situ mereka kan kerja di situ. Jangan kita pindahin orang Jatinegara ke Cakung. Enggak mau mereka, mending tinggal di tempat yang sering banjir. Kalau pindah ke Cakung transportasinya bagaimana? Kita harus berpikir masyarakat kelas ini berpikir bagaimana hidup besok. Kadang-kadang kita bikin rusun, kita enggak tahu untuk siapa.

Soal banjir, apa langkah yang sudah dilakukan pemprov sudah benar apa yang perlu ditambahkan? Langkah sudah benar seperti BKT. Kita harus koordinasi juga dengan daerah sekitar seperti Bogor. Bagaimana bicara mereka di situ-situ dengan pemerintah pusat. Di Bogor kan banyak situ, tetapi mereka bingung katanya tanggung jawab pemerintah pusat. Mau dianggarkan juga kan enggak bisa, ini harus duduk sama-sama pemerintah pusat dan daerah sekitar. Misalnya di wilayah sekitar supaya tidak dibangun. Apa timbal balik kita (Jakarta) ke mereka? Kan mereka juga harus dapat PAD (pendapatan asli daerah), dengan tidak dibangun kan mereka hilang PAD-nya. Jadi Jakarta harus memberikan kompensasi yang pas, untuk PAD-nya mereka.

Ke depan, apabila terpilih sebagai Gubernur, Anda melihat Jakarta itu sebagai kota yang bagaimana? Kota jasa. saya lihat potensi Jakarta itu ada pada di sektor jasa, karena sumber daya alamnya kita enggak punya, makanya harus digenjot sumber daya manusianya. Jakarta punya kemampuan sebagai kota jasa karena di sini pusat pemerintahan, bisnis dan ekonomi. Tentu untuk menjadikan Jakarta seperti Singapura yang terkenal sebagai kota jasa, harus dibenahi dulu infrastrukturnya. Masak sih Jakarta ini enggak bisa dengan segitu banyaknya warga.

Selama ini, budaya Betawi yang merupakan budaya asli Jakarta terkesan terpinggirkan. Bagaimana menjadikan budaya Betawi ini jadi aset daerah dan mampu menggairahkan sektor pariwisata? Budaya Betawi ini memang bisa berpotensi, tetapi sayangnya saya lihat tidak digarap oleh pemerintah. Tidak di manage secara baik. Contohnya saja, budaya Betawi ini kan terkenalnya ada di Situ Babakan itu kan, orang di suruh kesana, terus apa? Harusnya di sana itu kalau mau genjot budaya Betawi perlu ada pentas atau pertunjukan seni Betawi. Pentas Betawi juga perlu dilakukan di tempat-tempat lain. Sehingga bisa dilihat setiap hari. Di bidang pariwisata, saya rasa kalau mau jadi kota jasa, pariwisata tidak bisa disepelekan. Bangun itu pulau Seribu, buat transportasinya yang baik. Kalau ditangani dengan serius, kita pasti bisa. Kalau saya diberikan kesempatan, saya ingin mengumpulkan para ahli EO begitu untuk memikirkan dan membuat konsep yang paling baik untuk pariwisata Jakarta dan buat sebuah event yang bikin orang-orang itu ingin datang ke sini. Seperti Bali, yang setiap bulan apa gitu orang-orang di seluruh dunia tau ada kegiatan seni. Di Singapura, ada Great Sale. Kita harus punya suatu acara yang bisa dijual ke luar.

Bagaimana dengan sektor pendidikan di DKI, perbaikan seperti apa yang perlu dilakukan? Saya rasa program sekolah gratis ini baik sekali. Tapi jangan hanya sembilan tahun, buat gratiskan sampai SMA. Buatlah anggaran yang memberikan porsi besar pada anak-anak kita yang pintar tapi tidak mampu. Jangan sampai anal-anak ini justru diambil negara lain. Selama saya jadi anggota dewan, saya sering bertemu warga yang akhrinya putus sekolah karena tidak tahu dan tidak mendapat bantuan soal biaya sekolah. Ini kan sangat menyedihkan. Kalau begitu, nantinya masa yang tinggal di Jakarta tinggal orang yang tidak berpendidikan, padahal SDM kita begitu berlimpah. Kita harus menjadikan anak-anak kita pintar-pintar, supaya Jakarta juga semakin maju.

Persoalan kesehatan di Jakarta sering sekali tekendala dengan masalah kartu Gakin atau layanan kesehatan yang tidak bersahabat dengan kebutuhan si miskin? Bagaimana pandangan Anda? Apa yang akan Anda lakukan? Soal Gakin, tetap diperlukan. Tapi saya minta, Gakin ini harusnya dibuat lebih simpel dan manusiawi permohonannya. Masa untuk urus kartu Gakin, orang itu harus sakit dulu, harus mendapatkan persetujuan dari RT, RW, Kelurahan yang bilang dia miskin. Apa tidak bisa dicarikan sistem yang lebih mudah? Bisa saja kerja sama dengan asuransi, berikan kartu Gakin, biarkan asuransi yang menilai. Lagi pula jangan takutlah memberikan kartu Gakin, siapa sih yang bakalan manfaatin kartu itu untuk tidur di rumah sakit? Kan enggak (ada). Sekarang ini pengajuan gakin itu sangat tidak manusiawi. Setelah sudah diajukan, dia harus lagi menunggu apakah dia termasuk yang bisa dibantu apa tidak, keburu sakit orangnya kan! Sangat tidak manusiawi.

Jakarta makin hari makin padat, rasanya sudah tidak semakin nyaman, polusi semakin tinggi. Apakah ada strategi untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup ibukota? Kita harus konsisten dan melanjutkan, kalau perlu ruang terbuka hijau itu ditambah lagi, taman-taman publik harus diperbanyak. Sekarang Jakarta ini makin padat, orang juga semakin penat. Nah, untuk melepaskan kepenatan taman kota ini penting, sekaligus kan juga bisa menciptakan interaksi di antara warga. Selain itu, ketersediaan air di Jakarta juga harus dijaga. Saya mulai mensosialisasikan ke masjid-masjid untuk membuat sumur resapan, salah satunya di Cut Meutia. Jadi, air wudhu itu jangan dibiarkan dibuang begitu saja, air wudhu itu kan sebenarnya bersih, jadi dimasukkan saja ke dalam sumur resapan dan disaring serta dipakai lagi. Kalau ada 500 masjid saja yang pakai sistem ini, saya rasa pelayanan air di Jakarta bisa lebih meluas.

Kalau soal peraturan gubernur kawasan dilarang merokok bagaimana? Saya terima keluhan banyak warga dan pengusaha yang nge-drop usahanya karena tempat dia dilarang merokok, akhirnya pindah ke tempat lain. Seharusnya untuk sementara ini diberikanlah tempat merokok seperti dulu, jangan langsung serta merta enggak boleh ngerokok di dalam gedung. Harus dibiasakan. Pelan-pelanlah.

Anda sendiri perokok? Ya. saya merokok?

Bagaimana pandangan Anda sendiri soal aturan itu? Yah merasa didiskriminasikan ada lah ya. Tetapi kalau gedung di Jakarta sudah green building dan tidak boleh merokok, bisa diterimalah. Harusnya dalam pembuatan aturan itu Pemda mengkaji dulu, dan libatkan kelompok masyarakat.?

Soal pembatasan kendaraan? Kenapa di Singapura bisa sukses, karena mereka menyiapkan dulu angkutan umum yang baik. Di DKI sekarang kan angkutan dari kota-kota pinggir Jakarta masih belum memadai sehingga mereka lebih senang pakai kendaraan pribadi. Buatlah pengusaha-pengusaha Metromini, Kopaja itu jadi operator busway, jadi ganti bus-bus kecil itu dengan busway. Sehingga dengan cara ini, kenyamanan angkutan umum bisa terjaga. Setelah angkutan umum ini dirasa memadai, barulah mulai batasi kendaraan. Jangan sampai warga tidak diberikan pilihan.

Bagaimana dengan anggapan sebagian orang DKI 1 itu harus dari putra daerah? Perlu diingat, ini Jakarta di mana sifat kedaerahannya sudah sangat kurang. Saya juga sudah 50 tahun tinggal di Jakarta. Bisa jadi saya sudah lebih lama tinggal di Jakarta dibandingkan dengan orang Betawi itu sendiri. Saya juga berupaya untuk mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas Betawi, termasuk juga dengan komunitas dari suku lain. Terakhir, seberapa cinta Anda dengan kota Jakarta? Hahahaha.. saya tidak mungkin jadi anggota Dewan di Jakarta selama dua periode kalau saya tidak sayang sama kota ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com