Penangkapan kedua orang itu didasarkan pada pengembangan pemeriksaan atas B dan D. Keduanya ditangkap sebelumnya.
Hal itu dikatakan Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Jakarta, Selasa (3/5). ”Senin malam di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, ditangkap seorang yang terindikasi terlibat dalam kasus bom bunuh diri di Cirebon,” katanya.
Menurut Boy, orang berinisial M ditangkap di sebuah pasar malam karena diduga memiliki bahan peledak. Bahan peledak tersebut diduga terkait dengan kasus bom bunuh diri, yang dilakukan Muhammad Syarif di masjid di Markas Polresta Cirebon.
Selain itu, tutur Boy, pekan lalu aparat Densus 88 Antiteror juga menangkap orang berinisial H. H diduga memberikan bantuan dan mengetahui rencana aksi bom bunuh diri yang dilakukan Syarif. H ditangkap di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Boy menambahkan, B dan D, yang ditangkap sebelumnya, diduga memberi bantuan dan mengetahui rencana aksi bom bunuh diri yang dilakukan Syarif.
Dari Tegal, dilaporkan, pada Senin malam Densus 88 Antiteror Polri mengamankan tiga orang, saat berjualan kaus di stan Pasar Pesta Giling Pabrik Gula Pangka di Lapangan Dwi Windu, Kecamatan Pangkah. Namun, polisi akhirnya melepaskan dua orang yang diamankan tersebut, kecuali orang berinisial M.
M diduga adalah Musholah (23). Ia diduga orang yang merangkai bom yang dipakai Syarif untuk bunuh diri. Ia juga diduga mempersiapkan bom bunuh diri untuk adik Syarif, Basuki.
Namun, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Djihartono menjelaskan, M ditangkap dan diamankan bersama tiga temannya, yakni Rohim, Zaenal Arifin, dan Suheri. Namun, dari penyelidikan sampai Selasa pagi, ketiga temannya itu diduga tidak terlibat gerakan terorisme sehingga dibebaskan.
Dari sterilisasi dan olah tempat kejadian perkara yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror Polri serta tim penjinak bom, di lokasi penangkapan ditemukan satu unit granat explosive MK 38, satu unit senapan angin modifikasi dilengkapi dengan peredam, satu unit telepon seluler, 62 buku keagamaan, dua tas berisi paku, dua buku tabungan atas nama Rohim, serta uang tunai Rp 4,28 juta. Selain itu, ditemukan mainan anak dan pakaian.
Secara terpisah, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Zainuddin Maliki, mengingatkan, radikalisme dan terorisme disebabkan ketimpangan ekonomi dan politik Indonesia. Tak adanya harapan atas masa depan membuat orang mudah dipengaruhi.