Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busana Desainer Siap Pakai, Siap Jual

Kompas.com - 31/05/2011, 07:56 WIB

KOMPAS.com - Tak bisa dipungkiri, roda bisnis perancang busana pada umumnya ada pada lini busana siap pakai. Berdasarkan kondisi ini, dalam penyelenggaraan untuk kedelapan kalinya, Jakarta Fashion and Food Festival semakin memfokuskan diri pada jalur siap pakai.

Musa Widyatmodjo memperlihatkan koleksi busana yang lebih segar dari label siap pakai M by Musa dalam salah satu peragaan busana Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (20/5/2011) lalu. Padu padan lurik dengan bahan lain dalam 80-an set pakaian pada acara bertema ”The Luric(She)ll” tersebut terlihat sederhana namun elegan.

Lurik, kain dengan motif garis-garis yang biasanya dipakai untuk pakaian tradisional di daerah Jawa, oleh Musa diubah menjadi rok pensil, jaket, gaun pendek, dan blus yang bisa dipakai untuk bekerja hingga acara santai. Selain menjadi bahan utama, motif garis-garis lurik juga menjadi pemanis ketika dipadukan dengan bahan lain, seperti renda atau linen.

Gaya hidup aktif perempuan bekerja yang membutuhkan pakaian yang praktis dijawab Musa melalui busana yang dapat dipadupadankan. Berbagai model gaun pendek tanpa lengan yang bisa dipakai untuk acara sore atau makan malam, misalnya, bisa berkesan lebih resmi saat dipadukan dengan jaket. Atau, ketika Anda ingin bergaya santai dan bergerak lebih bebas, rok pensil yang dikenakan dengan blus bisa diganti dengan celana sepanjang lutut.

Senada dengan Musa, Sebastian Gunawan dan Christina melalui label siap pakai Votum juga terinspirasi dari kebutuhan perempuan aktif di kota besar yang memiliki banyak kegiatan. Untuk itu, melalui koleksi terbaru bertema ”Uptown Girl” yang diperlihatkan pada acara hari Selasa (24/5/2011) lalu, Votum menyediakan busana-busana feminin yang tak hanya bisa dipakai untuk bekerja, tetapi juga untuk bersosialisasi.

Dengan konsep gaun cocktail, peragaan dimulai dengan koleksi gaun-gaun di atas lutut yang dinamis. Setelah didominasi warna hitam, abu-abu, krem, dan warna-warna pucat, permainan warna diperlihatkan pada sesi terakhir melalui gaun panjang yang umumnya terbuat dari sutra dan satin yang ringan.

Selain warna-warna neon seperti biru, hijau, dan merah, Seba juga memadukan beberapa warna pada gaun hitam sebagai pemanis. Pada salah satu gaun model strapless misalnya, alih-alih menempelkan pecahan kaca warna-warni sebagai aksesori, Seba melilitkan kain warna abu-abu dan merah di dada hingga menjuntai di sisi kiri tubuh.

Tak seperti lini utama yang bergaya mewah melalui payet dan berbagai aksesori lainnya, garis rancangan Votum memang lebih sederhana. Dikatakan Seba, lini siap pakai seperti Votum memiliki nilai jual cukup tinggi karena bergaya lebih simpel, mudah dipakai dan dirawat.

Tantangan dan peluang
Baik Seba maupun Musa berpendapat, berbisnis di jalur siap pakai memang bukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Apalagi ketika karya mereka harus bersaing dengan produk impor yang bersifat massal dengan harga yang lebih murah. Salah satunya, produk mode asal China.

Meski demikian, Seba dan Musa berpendapat, perancang Indonesia tetap memiliki peluang agar produk mereka disukai pasar. ”Indonesia memiliki beragam budaya yang bisa diaplikasikan dalam rancangan sehingga produk kita memiliki kelebihan karena lebih eksklusif. Hal ini yang tidak bisa dijumpai dalam produk massal,” kata Musa yang sudah 19 tahun mengembangkan M by Musa.

Hal lain yang bisa menjadi peluang, yang sama-sama dikatakan Musa dan Seba, adalah momen-momen tertentu yang membuat masyarakat selalu mencari busana baru. ”Di luar negeri ada musim semi/panas dan gugur/dingin yang menjadi patokan koleksi baru. Di Indonesia hal itu tidak berlaku karena kita memiliki ciri khas tersendiri. Orang-orang di sini akan mencari pakaian baru saat menjelang hari besar, seperti Lebaran, Natal, atau Imlek. Inilah yang bisa menjadi peluang untuk perancang,” tutur Seba.

Mengingat besarnya peran lini siap pakai inilah, Musa yang juga menjadi panitia JFFF menekankan perancang lain untuk memproduksi busana siap pakai.

”Siap pakai menjadi fokus JFFF tahun ini. Kami meminta perancang yang menjadi peserta untuk bisa membuat busana siap pakai. Kami memang belum mensyaratkan dari sisi produksi, tetapi baru dari faktor garis rancangan karena saya menyadari untuk berbisnis di jalur siap pakai memang tidak mudah,” kata Musa.

Selain harus mampu membaca selera pasar untuk menentukan desain, Musa yang sudah 20 tahun berkarya di dunia mode mengatakan, hal lain yang harus dikuasai desainer untuk berbisnis busana siap pakai adalah memiliki manajemen yang kuat untuk mengelola sisi bisnis.

Peragaan busana yang menjadi bagian dari JFFF ditutup hari Rabu malam melalui acara yang memperlihatkan rancangan Adrian Gan. Perancang yang lebih banyak menerima pesanan pribadi ini mengolah warna-warni bahan tenun dari Nusa Tenggara Timur menjadi gaun-gaun yang cantik dan indah.

Di samping peragaan busana Adrian, acara penutupan juga diwarnai pemberian penghargaan Fashion Icon kepada tiga tokoh yang dinilai berjasa di bidang masing-masing. Ketiga tokoh tersebut adalah Ramli yang dinilai berjasa dalam memopulerkan bordir dan sulam, Biyan Wanaatmadja sebagai perancang yang sukses dalam menjalankan bisnis busana siap pakai, dan Prajudi (alm) sebagai ikon perintis busana siap pakai di Indonesia.

(Yulia Sapthiani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com