Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edi Rusyana, Hijaukan Kalbu Murid Sekolah

Kompas.com - 09/06/2011, 12:16 WIB

”…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran ('intellect'), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita....” Ki Hajar Dewantara (1889-1959)

KOMPAS.com — Itulah yang menjadi dasar Edi Rusyana menjabarkan wacana sekolah hijau atau ”green school” yang berkembang belakangan ini. Pikirannya sederhana, bukan hanya lingkungan sekolah yang harus dihijaukan, melainkan juga kalbu anak didiknya. 

Edi, Kepala SMP Negeri 7 Ciamis, Jabar, ini menyadari, pendidik harus menanamkan kecintaan lingkungan hidup kepada jiwa para murid dengan memperlihatkan fenomena yang terjadi secara langsung. Dengan begitu, jika kelak lulus sekolah, mereka akan mempunyai komitmen, kepedulian, dan rasa memiliki lingkungan sekitarnya. Sebab, mereka paham, lingkungan itu mendukung kehidupannya.

Maka, mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, selain diterapkan pada mata pelajaran Biologi dan Muatan Lokal, sejak dua tahun lalu juga diterapkan Edi dengan membuat demplot pertanian sekaligus menghutankan sekolah.

”Ramah lingkungan dan perilaku sehat saja tak cukup untuk memenuhi kurikulum. Yang penting adalah menjadikannya kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional Dodi Nandika.

Hal itu pula yang memperkuat tekad Edi membangun persemaian tanaman keras di sekolah yang terletak di pinggiran Ciamis tersebut. Persemaian ini berisi sekitar 100.000 tanaman, seperti jati, albasia, akasia, suren, dan manglid.

Di lingkungan sekolah seluas 2 hektar itu, Edi juga membangun arboretum mini. Di arboretum multifungsi ini terdapat jenis pohon khas Indonesia seperti gaharu, merbau, meranti, atau kayu ulin. Ia juga membangun taman buah. Ada rambutan, mangga, dan dilengkapi tanaman pangan seperti cabai, terung, dan jagung. ”Ketika harga cabai Rp 100.000, para guru di sekolah itu malah panen cabai,” cerita Anang Sudarna, staf ahli Gubernur Jabar, yang meninjau sekolah itu beberapa waktu lalu.

Pembuktian lapangan

Laboratorium alam itu sekaligus ajang pembuktian mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dan Biologi. Dengan melihat langsung, siswa memahami manfaat ekosistem hutan. Terlebih lagi hutan kecil itu terletak di daerah aliran sungai kecil sekaligus anak Sungai Citanduy.

Sungai Citanduy yang bermuara ke Segara Anakan di perbatasan Jabar dan Jawa Tengah itu airnya berwarna coklat karena termasuk sungai kritis di republik ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com