Lenong antinarkoba
Mengingat para pengedar narkoba semakin merajalela menyasar masyarakat semua golongan, BNN juga terus mengampanyekan antinarkoba dengan berbagai strategi.
Sebuah Pergelaran Seni dan Budaya Antipenyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika digelar di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, kemarin.
Acara ini diselenggarakan oleh Bidang Pencegahan Direktorat Deseminasi Informasi Badan Narkotika Nasional (BNN).
”Kite mungkin bukan pegawai BNN, Be. Tapi kite kudu aktif perangi narkoba. Caranye, gampang aja. Jangan pernah mau diajak pake apalagi ngedarin. Terus, kalau ada yang macam-macam di kampung kite, pemuda dan warganye harus berani bareng-bareng melawannya,” kata Firman kepada ayahnya.
Firman mewakili sosok pemuda Betawi dalam lakon lenong antinarkoba di Setu Babakan itu.
Babe Firman pun memberi restu dan semangat kepada anak semata wayangnya itu saat pamitan hendak melaksanakan niatnya.
Di atas panggung, pesan antinarkoba dan perang melawan obat-obat terlarang itu disampaikan dalam balutan percakapan para pemain lenong yang kocak, ceplas-ceplos, tetapi langsung menohok khas Betawi. Para penonton pun tak berhenti tertawa dan tersenyum.
Pesan moral bisa tertanam dengan mudah di dalam benak bocah-bocah yang datang bersama orangtuanya, juga para remaja yang hadir rombongan atau bersama sang kekasih.
Acara dibuka oleh pengelola Setu Babakan dan Tim Asistensi BNN Brigjen Purn Dra Moldirata.
Menurut Restu Sukesti, Kepala Subdirektorat Media Non Elektronik BNN, kampanye melalui seni budaya tradisional merupakan strategi baru BNN untuk memerangi penyalahgunaan narkoba. Sebelumnya, telah dilakukan acara serupa di Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Banten. ”Semoga pesan moral perang terhadap narkoba lebih bisa dicerna oleh masyarakat,” kata Restu.