Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Piatu Fikri Ingin Tetap Sekolah meski Tanpa Seragam dan Buku

Kompas.com - 08/08/2011, 03:42 WIB

Hari masih gelap. Hartini (70) yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung barang bekas sudah bergegas membeli kue untuk mempersiapkan sahur bagi cucu-cunya.

Saat pulang, sekitar pukul 03.15, dia terkejut karena langit di sekitar rumahnya di Pasar Lokomotif, RT 13 RW 01, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, memerah.

”Api itu dari belakang rumah dan saya langsung lari untuk selamatkan cucu,” kata Hartini saat ditemui di pos pengungsi di Jalan Bekasi Barat, Pasar Lokomotif, Minggu (7/8).

Gubuk Hartini, tempat tiga cucu dan seorang anaknya berteduh, termasuk puluhan rumah dan kios pedagang unggas ludes dilalap api. Ratusan ayam, bebek, dan burung pun ikut tewas terbakar.

Ia mengaku sudah tinggal di rumahnya sejak tahun 1960. Penghasilannya sehari sekarang, Rp 20.000-Rp 40.000.

Segera ke sekolah

Di tempat lain, Choril Fikri (8,5) mengeluh, karena peristiwa ini, ia tak bisa ke sekolah. ”Yang bisa saya selamatkan cuma empat mainan robot. Keperluan sekolah saya hangus,” kata anak piatu yang jadi langganan juara kelas itu.

Yuliana (24), saudara kembar almarhum ibunya, mengatakan, sejak usia 5 tahun, Fikri tak pernah putus puasa setiap Ramadhan tiba. Setiap sahur, Fikri dibangunkan oleh neneknya.

”Waktu dibangunkan nenek subuh tadi, saya heran. Kok, nenek mengajak saya lari dan menyeberang jalan. Aduuuh, suaranya gaduh sekali. Saya mendengar berkali-kali suara ledakan dari tabung gas dan sepeda motor yang meledak,” kata Fikri.

Siswa SD Negeri Petang 3 ini berharap, Senin (8/8), ia tetap bisa masuk sekolah meski cuma memakai sandal dan pakaian seadanya. Ia bertekad sekurangnya tetap bisa menjadi juara dua di sekolahnya. ”Kalau saya besok enggak masuk, saya bakal ketinggalan pelajaran,” tuturnya. Ia tidak khawatir hendak tidur di mana atau makan apa setelah peristiwa itu. Yang ia pikir cuma, ”Saya harus tetap bisa sekolah dan membalas budi nenek,”

Bantuan

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin Napitupulu memperkirakan, total kerugian material Rp 3 miliar.

Kini, sebagian dari ratusan warga yang kehilangan tempat tinggal ditampung sementara di dua tenda besar. Joni (35), relawan Pos Kemanusiaan Peduli Umat yang ditemui pada Minggu sore, mengatakan, pihaknya membagi 20 karung beras, 25 terpal, dan menyiapkan air minum panas-dingin serta makanan untuk berbuka dan saur selama tiga hari.

Humas Polres Metro Jaktim Komisaris Didik mengatakan, kebakaran yang terjadi Minggu pukul 03.00 itu diduga disebabkan oleh api lilin. ”Menurut keterangan kedua saksi yang diperiksa polisi, begitu,” tuturnya.

Saat kebakaran terjadi, warga hanya mengandalkan sumber air dari kamar mandi. ”Warga yang punya alat pemadam api tidak sampai sepuluh,” kata Ketua RT 11, RW 1, Suriana.

Api baru bisa ditangani setelah 15 kendaraan pemadam kebakaran datang, 15 menit setelah kebakaran. Saat kendaraan pemadam kebakaran datang, api sudah melahap banyak bangunan dan harta benda. Kebakaran baru padam pukul 06.00.

Api juga menyambar kabel listrik kereta yang melintang di atas permukiman. ”Empat belas perjalanan dibatalkan,” kata Wakil Kepala Stasiun Bekasi Dwi Effendi. (BRO/COK/WIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com