Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segera Tata Ulang Angkutan Umum Reguler

Kompas.com - 15/10/2011, 02:51 WIB

Jakarta, Kompas - Bulan September lalu, Jakarta diresahkan oleh banyaknya kejahatan di dalam angkutan umum. Kendati demikian, hingga pertengahan Oktober ini belum juga ada upaya signifikan menekan tingkat kejahatan di dalam angkutan umum.

Berdasarkan data hasil Survei Bina Sistem Transportasi Perkotaan Kementerian Perhubungan September 2011, keluhan utama penumpang angkutan umum adalah sering dan lamanya kendaraan yang mereka tumpangi ngetem, sopir bertindak ugal- ugalan, kriminalitas seperti copet dan rampok, hingga rawan kecelakaan.

Puncaknya, seorang mahasiswi Universitas Bina Nusantara diperkosa, dibunuh, dan dirampok di dalam mikrolet. Desakan agar pemerintah segera membenahi angkutan umum pun menguat.

”Razia angkutan umum berkaca film gelap patut dihargai. Namun, setelah itu harus diikuti serangkaian upaya lain agar pelayanan transportasi umum tersebut makin baik kualitasnya,” kata Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan, Jumat (14/10).

Tigor mengatakan, seharusnya saat ini adalah momentum tepat bagi dinas perhubungan dan kepolisian membuktikan bahwa mereka mau memberi perlindungan dan memenuhi hak warga atas rasa aman.

Razia kaca gelap akan berdampak lebih besar jika diikuti dengan penertiban sopir tembak. ”Pasang identitas sopir di tempat yang mudah dilihat penumpang. Cantumkan juga nomor telepon darurat langsung ke polisi atau dishub dan pemilik angkutan umum,” kata Tigor.

Kepala Laboratorium Transportasi Universitas Indonesia Ellen SW Tangkudung sebelumnya juga mengatakan, perbaikan sarana-prasarana angkutan umum bisa dimulai dengan menertibkan naik turunnya penumpang.

Halte atau lokasi tertentu dengan rambu bergambar bus yang menandakan angkutan umum boleh berhenti bisa diperbanyak. Keterangan angkutan apa saja yang lewat di jalur itu wajib tersedia.

Setelah itu, kata Ellen, tata ulang trayek yang ada. Tigor menambahkan, armada angkutan umum yang ada bisa direkayasa jam operasionalnya sehingga setiap kendaraan bisa efektif melayani warga.

”Bisa diatur nomor ganjil atau genap bergantian beroperasinya setiap hari atau jam operasional pada pagi, siang, dan malamnya. Awalnya repot karena butuh penyesuaian. Namun, jika sudah rutin, semua pihak akan merasa nyaman,” kata Tigor.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com