Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjambret di KRL Ekonomi Itu Mengincar Perempuan

Kompas.com - 18/10/2011, 03:16 WIB

Rianti (20) dan kerabatnya, Mutiah (29), sedang terburu-buru naik kereta rel listrik ekonomi dari Stasiun Bogor menuju Jakarta, Senin (17/10). Mereka naik di rangkaian kereta terakhir. Lantaran tak ada bangku, mereka duduk menggelar koran. Rianti tak menyangka ia menjadi incaran penjambret.

Tanpa curiga, ia duduk di dekat pintu kereta. Di depannya berdiri seorang laki-laki bertopi. Hingga kereta rel listrik (KRL) yang ditumpangi berhenti di Stasiun Cilebut, ia tak melihat ada keanehan. Namun, begitu KRL itu mulai berjalan perlahan, ia merasa ada tangan meraba leher dan dadanya.

Ia sempat mencengkeram tangan itu dan melihat sekilas pemilik tangan itu sang laki-laki bertopi. Laki-laki itu menarik tangannya dengan kuat lalu melompat keluar dari KRL sebelum kereta itu melaju terlalu kencang. Kalung emas seberat 2 gram milik Rianti dibawa kabur.

”Saya sempat teriak kalung diambil. Kebetulan ada tentara yang mau naik kereta turun lagi mengejar penjambret setelah dengar teriakan itu,” kata Rianti, warga Bogor Utara, Kota Bogor.

Rianti dan Mutiah melanjutkan perjalanan hingga Stasiun Bojong Gede, lalu turun dan kembali ke Stasiun Cilebut. Di stasiun, ia menemukan pelaku sudah babak belur dihajar massa. Belakangan pelaku diketahui berinisial Ro (18), warga Kabupaten Sukabumi. Di tubuh pelaku, petugas menemukan jimat dari kain kafan yang disebut pelaku merupakan tali pengikat pocong. Kalung milik korban juga ditemukan berada di tangan pelaku.

”Gara-gara dia, saya sampai terlambat mau tes kerja di Sawah Besar,” kata Rianti, yang mengaku memilih naik KRL ekonomi karena tiketnya hanya Rp 2.000, lebih murah dari KRL nonekonomi sebesar Rp 7.000.

Ro lalu digelandang ke Markas Polsek Sukaraja, Kabupaten Bogor. Bersamaan dengan itu, Rianti melaporkan penjambretan itu ke polisi. Saat ditemui di sela-sela pemeriksaan, Ro mengaku sudah empat kali menjambret di KRL ekonomi Bogor-Jakarta. Dia mengaku biasa berakhir di antara Stasiun Cilebut-Bojong Gede-Citayam.

Modus Ro relatif serupa, yakni korban perempuan, menjambret kalung, dan memanfaatkan momentum sesaat sebelum KRL meninggalkan stasiun. Namun, Ro mengaku baru kali itu bisa membawa kabur kalung korban karena pada tiga aksi sebelumnya kalung itu putus dan tak sempat dibawanya kabur.

”Saya baru belajar. Kadang berdua atau bertiga, tetapi yang di Cilebut sendirian,” ujarnya.

Sebelumnya, Ro berjualan buku di KRL ekonomi. Namun, setelah kehabisan modal, ia menjambret. ”Ilmu” jambret itu, kata Ro, dipelajarinya dengan memerhatikan penjambret-penjambret beraksi di KRL.

Kejahatan di KRL ekonomi bukan sekali ini terjadi. Akhir Agustus lalu, Rian Hardiansyah (18) harus kehilangan jari-jari kaki kanan setelah diamputasi akibat terjatuh dari KRL ekonomi antara Stasiun Depok dan Citayam. Rian diduga didorong orang yang hendak merampas telepon genggamnya.

Kepala Stasiun Cilebut Asep Dodi mengakui, beberapa kali ada aduan penjambretan atau pencopetan yang hampir seluruhnya menimpa penumpang KRL ekonomi. Dia menduga hal itu disebabkan pintu kereta yang selalu terbuka, tidak seperti KRL nonekonomi (commuter line) yang menutup sebelum perjalanan. ”Biasanya juga ada petugas keamanan di KRL ekonomi, tetapi belakangan saya jarang melihatnya. Bisa jadi petugasnya dialihkan ke KRL nonekonomi,” tuturnya.

Dia hanya bisa mengimbau penumpang untuk tak memakai perhiasan atau menunjukkan telepon genggam saat perjalanan KRL. Selain itu, sebaiknya tidak berada di dekat pintu keluar karena di situ biasanya penjambret dan pencopet beraksi.

Jika standar pelayanan minimum diterapkan, tentu penjambret itu tak akan leluasa beraksi, karena pintu KRL harus ditutup saat berjalan. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com