Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Bertahan Hidup di Permukiman Padat Penduduk

Kompas.com - 21/11/2011, 01:44 WIB

Cilincing

Di salah satu rumah di RT 06 RW 04 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, tinggal Darini (45) dan suaminya, Wadi (58), yang berprofesi sebagai nelayan tangkap. Bersama mereka, di rumah berukuran 7 meter x 6 meter itu tinggal tiga anak mereka yang masih kecil. Mereka masih berbagi ruang lagi dengan dua anak yang telah berkeluarga dan masing-masing memiliki satu anak balita.

Rumah itu dibagi menjadi tiga kamar tidur yang disekat kayu dan berpintu selebar kain. Kamar bagian belakang ditempati Darini dan suaminya, sedangkan dua kamar lain di bagian depan ditempati kedua anak mereka yang telah berkeluarga. Tiga anak Darini yang masih kecil menempati ruang tamu yang diubah menjadi kamar tidur. Bagian teras dimanfaatkan sebagai dapur karena ruang yang tersisa di dalam rumah sudah digunakan untuk kamar mandi.

Kendati berimpitan dengan rumah-rumah lain, rumah Darini memiliki sirkulasi udara relatif baik karena langsung menghadap ke pantai pesisir utara Jakarta. Namun, untuk menjangkau rumah keluarga nelayan ini harus melalui gang sempit dan lorong gelap yang kanan dan kirinya dipadati deretan petak rumah, yang sebagian besar konstruksinya semipermanen dan ditinggali lebih dari lima orang.

Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Utara mencatat, Kalibaru merupakan daerah terpadat di Jakarta Utara di samping Kelurahan Penjaringan dan Pejagalan. Jumlah penduduk 72.525 jiwa dengan kepadatan 9.708 jiwa per kilometer persegi, mendekati rata- rata kepadatan penduduk Jakarta Utara yang mencapai 10.250 jiwa per kilometer persegi.

Masalah muncul ketika ada anggota keluarga belum punya rumah karena harga tanah dan bangunan kian mahal. Mereka menumpang di rumah orangtua. Rumah dibangun lebih tinggi.

Di kawasan Kalibaru, sebagian warga mengokupasi area pantai. Warga dari kalangan buruh mengokupasi bantaran kali, Kali Bangleo dan Kalibaru. Bahkan, Kali Bangleo, yang tahun 1960-an menjadi jalur perdagangan antara petani Bekasi dan nelayan Cilincing, kini sebagian alirannya menyempit. Lebarnya tinggal 2 meter dan dipenuhi sampah. Okupasi ini tidak akan berhenti jika tidak ada solusi dari pemerintah.

(Ambrosius Harto Manumoyoso/Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com