Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegelisahan terhadap HIV/AIDS

Kompas.com - 06/01/2012, 10:19 WIB

”Tercebur” menggeluti HIV/AIDS rupanya membuat Bagus sulit mengentaskan diri. Baginya, HIV/AIDS menjadi isu yang makin menantang untuk digeluti. Bagus pun terus menggali ilmu, pengetahuan, dan wawasan baru tentang HIV/AIDS. Tercatat, dia beberapa kali mendedikasikan diri pada lembaga yang secara khusus menangani HIV/AIDS. Salah satunya Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia.

Dari jam terbangnya yang cukup intens menggeluti HIV/AIDS, Bagus mengungkapkan, masalah HIV/AIDS cukup unik. HIV/AIDS, menurut dia, bukan hanya masalah medis. Masalah yang lebih dominan adalah masalah sosial. Dia mencontohkan, kasus pengusiran salah seorang pengidap HIV/AIDS di Jawa Barat yang diusir oleh komunitasnya.

Oleh karena itu, meski latar belakangnya dalam hal penanganan HIV/AIDS cukup komplet, Bagus lebih banyak belajar dari kasus-kasus yang dia temui di lapangan. ”Termasuk kultur daerah setempat,” kata dia. Dalam riwayat pekerjaannya juga tertera bahwa selain kursus-kursus, Bagus pada tahun 2010 juga pernah magang di sebuah lembaga di Sydney, Australia, terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS.

Sayang, menurut Bagus, penanganan HIV/AIDS di Indonesia kerap terhambat minimnya dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. ”Alokasinya lebih banyak ditujukan untuk kelompok berisiko,” katanya. Tak heran bila penanganan HIV/AIDS pun kemudian masih sangat bergantung pada dana asing.

Sadar bahwa persoalan HIV/AIDS tak bisa ditangani seorang diri, Bagus aktif membangun jejaring. Ini dilakukan Bagus di sela tanggung jawab profesi yang dilakukannya. Dia kerap terjun ke lapangan untuk bertemu berbagai kelompok masyarakat. ”Kekuatan utama saya advokasi. Saya bisa mengajak orang melakukan banyak hal,” ungkapnya. Bagus juga sering menjadi pembicara di berbagai kegiatan yang berkaitan dengan isu HIV/AIDS.

Beberapa bulan terakhir, Bagus menginisiasi sebuah gerakan kepedulian bernama Dokter Aksi. Gerakan ini sengaja digagas agar dokter-dokter muda mau berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat luas serta belajar dari lapangan.

”Dasarnya adalah keprihatinan saya pada mahasiswa kedokteran yang saat ini lebih berorientasi pada uang. Biaya kuliah kedokteran memang mahal, tapi bukan berarti kita harus terus mengejar uang,” katanya. Sayang, belum banyak yang tertarik. ”Baru ada empat dokter yang bergabung,” katanya.

Secara pribadi, Bagus juga aktif menulis di blog pribadinya, www.dokterbagus.com. Dia tak hanya menulis soal HIV/AIDS, tetapi juga isu-isu kesehatan masyarakat. ”Kalau isinya hanya soal HIV/AIDS, orang enggak mau baca. Saya menulis banyak sebagai strategi untuk menarik orang membaca sehingga informasi yang ada tersebar makin luas,” katanya.

Seiring dengan perkembangan zaman, Bagus juga aktif berkicau di jejaring sosial Twitter dan Facebook. Dia banyak berbagi informasi tentang isu-isu kesehatan terkini, termasuk HIV/AIDS. Semua ini dilakukan bagus semata-mata untuk menyebarkan ilmu sekaligus membangun kesadaran masyarakat.

”Ini cara saya membangun komunikasi dan jejaring. Melalui media yang saya buat itu, semua bisa bertanya dan berkonsultasi tentang apa saja,” ujarnya.

Cita-cita Bagus sederhana. ”Saya ingin memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia agar menjadi lebih baik,” katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com