Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Untuk Apa Kami Bayar Pajak..."

Kompas.com - 30/01/2012, 09:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan kelas menengah yang cukup banyak, sekitar 45 juta orang sejak tahun 2003, menurut versi Bank Dunia, membawa konsekuensi khusus bagi Jakarta. Ditambah gaya hidup konsumtif kelas menengah, kota Jakarta semakin menarik sebagai tempat berinvestasi.

Pertumbuhan investasi yang mencolok terlihat pada pertumbuhan minimarket di Jakarta. Minimarket tidak lagi berada di tepi jalan raya besar atau pusat perbelanjaan, tetapi juga bisa ditemukan hingga ke dalam permukiman. Pengusaha yang terjun berbisnis minimarket tidak hanya dari kalangan lokal.

Kini sudah muncul jaringan minimarket berbendera asing di pasar Jakarta yang tumbuh pesat, seperti Seven Eleven. Namun, khusus untuk Seven Eleven, walaupun di luar negeri masuk kategori minimarket, di Jakarta, ritel ini masuk menggunakan izin dari dinas pariwisata sebagai restoran.

Jaringan ritel asal Amerika, Circle K, sudah masuk terlebih dulu. Lalu, menyusul Lawson dari Jepang yang memakai konsep Seven Eleven sebagai restoran. Dalam waktu dekat akan ada merek-merek asing lain yang menyerbu Jakarta. Beberapa merek asing terkenal diketahui sudah mengurus izinnya agar bisa segera membuka cabang pertama di Jakarta.

Banyak ritel asing masuk ke Jakarta karena memang pasar di Jakarta masih sangat luas. Asisten Perekonomian DKI Jakarta Hasan Basri Saleh mengatakan, produk domestik regional bruto DKI Jakarta tahun 2011 tercatat sebesar Rp 950 triliun. Ini jumlah yang sangat fantastis. Dari angka ini, 56 persennya atau Rp 532 triliun adalah konsumsi rumah tangga.

”Dari angka ini, Rp 532 triliun, 15 persennya merupakan konsumsi makanan jadi. Artinya, sekitar Rp 79 triliun dibelanjakan untuk makanan jadi. Angka ini tentu menunjukkan bahwa pasar untuk investasi ritel di Jakarta masih luar biasa besar,” kata Hasan.

Dengan potensi yang besar ini, tidak mengherankan jika jumlah minimarket terus bertambah. Tidak hanya jumlahnya, tetapi juga jam buka yang semakin bertambah. Kini, banyak minimarket beroperasi 24 jam. Mereka membagi jadwal kerja karyawannya menjadi tiga shift sehingga bisa melayani konsumen sepanjang hari.

Ada pasarnya

Tutum Rahanta, Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, menuturkan, minimarket buka 24 jam karena memang ada pasarnya. ”Kota Jakarta itu kota yang tidak pernah tidur selama 24 jam. Selalu ada orang yang keluar pada malam hari. Selalu ada kebutuhan yang muncul di malam hari. Minimarket melihat peluang itu untuk menambah omzet mereka.”

Choirullah, Corporate Communications Senior Manager Alfamart, mengatakan, dengan memperpanjang waktu buka hingga 24 jam, omzet penjualan bisa meningkat Rp 3 juta-Rp 4 juta setiap hari. Sementara jika tutup pukul 23.00, omzet penjualan hanya sekitar Rp 10 juta.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com