Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Geng Motor Sekaligus Inovator

Kompas.com - 18/02/2012, 02:50 WIB

Didit Putra Erlangga Rahardjo

Kesan pertama yang didapat sewaktu berjumpa Noverius Henutesa Nggili adalah angker dan menyeramkan. Betapa tidak, rambut keriting sepundak, badannya tegap, dan sorot matanya tajam. Kumis serta jenggot lebat menghiasi mukanya. Kacamata gelap dengan frame warna perak disematkan di atas dahinya. Pria berusia 34 tahun ini cocok dengan gambaran anggota geng motor layaknya di film Hollywood.

Begitu berucap, kesan angker tersebut hilang. Gaya bicara Noverius terasa santun dengan nada perlahan tapi jelas didengar. Pria yang kerap dipanggil Frits ini merupakan perwakilan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam acara Indonesian Young Changemakers Summit (IYCS) yang digelar di Gedung Merdeka serta Gedung Indonesia Menggugat, pekan lalu. Namun, prasangka di awal perjumpaan ternyata tidak sepenuhnya salah sewaktu Frits mengakui bahwa dia adalah pemimpin geng motor.

”Nama geng motor saya adalah geng Imut,” ujar Noverius dengan mimik dan nada yang datar agar tidak dianggap sedang bercanda oleh lawan bicaranya.

Rupanya nama Imut geng motornya merupakan singkatan dari Aliansi Masyarakat Peduli Ternak. Dibentuk sejak tahun 2005, Geng Motor Imut awalnya beranggotakan 15 orang. Selain cinta otomotif, mereka awalnya kerap berdiskusi mengenai masalah pertanian dan peternakan. Dengan demikian, sembari berkeliling layaknya geng motor, mereka memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai ilmu yang dikuasai.

Bagi Noverius, geng Imut adalah sebuah gerakan pembelajaran dengan filosofi berbagi ilmu sebelum ajal. Dia beralasan, setinggi apa pun pendidikan yang sudah dicapai seseorang, semua menjadi sia-sia bila tidak pernah diamalkan demi kebaikan sesama. Moto mereka, ”tapaleuk urus ternak”. Tapaleuk dalam bahasa Kupang bisa diartikan sebagai jalan-jalan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk berbincang dengan orang lain.

Enam tahun sejak berdiri, geng Imut sudah menyambangi 20 kelurahan di NTT yang tersebar di tujuh kabupaten dan tujuh pulau. Mereka juga merangkul geng motor lain yang semula hanya meresahkan masyarakat untuk diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat. Dimulai dari 15 orang, kini anggota Geng Motor Imut mencapai lebih dari 100 orang. Forumnya di jejaring sosial Facebook pun diikuti oleh 700 pengguna lain sebagai ajang diskusi mengenai isu lingkungan yang diselesaikan dengan cara murah, mudah, dan ramah lingkungan.

Biogas

Dalam perjalanan ke sejumlah daerah, geng Imut tidak hanya menularkan ilmu yang didapatkan dari sekolah maupun perguruan tinggi. Mereka juga menciptakan peralatan yang memudahkan hidup masyarakat, salah satunya pembuat biogas menggunakan drum bekas. Penggunaan drum lebih masuk akal dibandingkan dengan lembaran plastik seperti di daerah lain, misalnya Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ”Pasalnya, plastik sulit didapatkan di Kupang karena harus didatangkan dari Pulau Jawa, sementara drum sangat berlimpah karena digunakan untuk wadah bahan bakar minyak,” kata Noverius.

Keengganan pemilik hewan ternak untuk mencampur kotoran di bak penampungan biogas juga diakali geng Imut. Menggunakan sepeda statis, pemilik hanya perlu mengayuh untuk mencampur kotoran ternak. Kayuhan selama dua jam menghasilkan cukup daya listrik untuk penerangan di waktu malam selama tiga jam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com