Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pembunuhan Bos Sanex Steel

Kompas.com - 29/02/2012, 15:35 WIB
Sabrina Asril

Penulis

Dia adalah anak keenam dari delapan bersaudara. Pada umur 3 tahun, Ayung pindah ke Fujian, China, bersama dengan ayah dan keluarganya. Ia disekolahkan di sana hingga lulus sekolah menengah pertama (SMP).

Setelah itu, Ayung kembali ke Jakarta lagi dan membantu usaha bapaknya yang di toko emas ayahnya di Surabaya.

Bertemu Arifin dan bisnis DVD bajakan

Selama di Surabaya, bisnis Ayung kian banyak. Di kota itu jugalah Ayung berkenalan dengan Arifin atau Hok Giok Kie, yang di kemudian hari sering berseteru dengannya.

Berdasarkan sumber Kompas.com, Ayung dan Arifin saat itu berkenalan karena sama-sama melakukan bisnis DVD bajakan di kota pahlawan itu. Akibat bisnis ini, Ayung pun kerap bolak-balik diperiksa polisi meski tidak ada yang sampai membuatnya ditahan polisi.

Selain berbisnis DVD bajakan, hubungan Ayung dan Arifin kian dekat hingga akhirnya sempat menjalin kerja sama sebagai importir barang-barang elektronik. Kedekatan Ayung dan Arifin ini dibenarkan Carel. "Dia (Ayung) memang sudah lama kenal dengan Arifin. Teman lama," ujarnya.

Menurut sumber Kompas.com, bentuk kerja sama antara dua pengusaha itu adalah dengan sama-sama memesan barang dari luar, tetapi menjual barang itu dengan merek yang dimiliki masing-masing. Pada saat menjadi importir barang-barang elektronik inilah, dua pengusaha muda itu kemudian berkenalan dengan Kong Tju Yun, pemilik merek dagang Sanex.

Kong Tju Yun saat itu adalah pengusaha barang elektronik, ponsel, hingga kendaraan bermotor. Dari perkenalan itulah ketiganya kemudian sepakat membuat sebuah perusahaan peleburan baja dengan nama PT Sanex Steel Indonesia pada Desember 2004.

Merintis Sanex Steel

Ada empat orang yang berperan penting dalam pendirian PT Sanex Steel Indonesia (SSI). Keempatnya juga memiliki saham di perusahaan itu. Mereka adalah Ayung dengan 7.000 lembar saham, Kong Tju Yun 5.000 lembar saham, Rully Santoso 4.000 lembar saham, dan Arifin 3.000 lembar saham. Perusahaan kian berkembang sampai akhirnya terjadi konflik antara Arifin dan PT Sanex soal kepemilikan saham.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com