Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasionalisme Bukan Sebatas Memakai Batik

Kompas.com - 22/05/2012, 04:43 WIB

”Nasionalisme” sering dianggap sebagai kata yang abstrak, sejajar dengan berbagai ideologi lain. Setiap orang punya pemahamannya sendiri terhadap nasionalisme dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, benang merahnya adalah: kecintaan terhadap bangsa.

pa sebenarnya arti ”nasionalisme”? Kamus Besar Bahasa Indonesia punya definisinya. Di situ tertulis, nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Arti lainnya adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.

Pada intinya, nasionalisme adalah kecintaan kita terhadap bangsa dan negara. Sekarang ini seharusnya kita sudah tidak perlu memperdebatkan seberapa tebal rasa cinta kepada negara. Lebih baik kita membicarakan soal apa yang bisa diberikan mahasiswa untuk bangsa ini.

Dengan semangat nasionalisme, yang antara lain rutin diperingati setiap 20 Mei melalui Hari Kebangkitan Nasional, mahasiswa sebagai kaum muda pasti mempunyai berbagai cara untuk mengaktualisasikan kecintaannya kepada negerinya sendiri. Tak lagi sekadar bicara, negara tentu menaruh harapan besar pada aksi nyata mahasiswa.

Petrus Lahur, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa, Yogyakarta, mengatakan, kecintaan terhadap negeri bisa diwujudkan dari hal-hal kecil. Salah satunya adalah memilih produk dalam negeri yang mencerminkan kebudayaan lokal.

”Mahasiswa ikut ambil bagian dalam perkembangan industri dalam negeri dengan cara membeli dan menggunakan pakaian bermotif unsur budaya. Hal ini bisa jadi ajang promosi keanekaragaman budaya yang menjadi kekayaan negara kita,” kata Petrus.

Haddi Firdaus, mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, punya usulan lain. Dia hendak mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari kampus demi kemajuan Indonesia. ”Yang dapat saya lakukan sekarang adalah merawat dan menjaga kekayaan terumbu karang Indonesia,” katanya.

Menurut Haddi, kekayaan terumbu karang di Indonesia, misalnya di perairan Pulau Bangka, sangat mengagumkan. Sayangnya, masih sedikit pihak yang bersedia merawatnya.

”Bahkan, ada oknum-oknum yang sengaja merusak terumbu karang itu. Padahal, tokoh bangsa kita dulu berjuang mati-matian menjaga potensi laut dengan meloloskan Deklarasi Djuanda ke dalam Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982,” ujar Haddi.

Kembali ke Tanah Air

Tasya Inanda, mahasiswa Human Resource Development, Faculty of Management and Human Resource Development, University of Technology Malaysia (UTM), mengaku selalu berusaha berbuat sesuatu untuk Indonesia. Meski bersekolah di luar negeri, dia tetap mengikuti berbagai perkembangan di Indonesia.

”Mahasiswa Indonesia masih sedikit di sini. Meski begitu, kami membentuk komunitas Persatuan Pelajar Indonesia-UTM untuk belajar berorganisasi, bikin acara atau sekadar berjalan-jalan,” kata Tasya.

Dia bercerita, beberapa waktu lalu komunitasnya membuat acara Pekan Olahraga Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia. ”Sebisa mungkin kita bikin kegiatan untuk saling mendekatkan diri dengan teman-teman mahasiswa dari Indonesia. Kami juga punya milis untuk saling berbagi berbagai berita dari Indonesia,” ujar Tasya.

Setelah menempuh masa kuliah di Malaysia, Tasya ingin segera pulang ke Indonesia. Salah satunya untuk menerapkan ilmu yang didapatkannya, serta mengabdi kepada bangsa dan negara.

”Teman-teman juga banyak yang mau pulang ke Tanah Air, misalnya ada yang sudah berniat mau ikut gerakan ’Indonesia Mengajar’. Saya pun berharap negara mau menghargai karya anak bangsa yang sekolah di luar negeri. Kalau soal nasionalisme, jangan ragukan nasionalisme kami,” ujarnya.

Dafa Herangga, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, memang belum seberuntung Tasya yang bisa berkuliah di luar negeri. Tetapi, suatu saat, dia berkeinginan menimba ilmu di negeri orang. Tak beda dengan Tasya, Dafa pun bertekad menerapkan ilmunya di Tanah Air dibandingkan berkarya di negara lain.

”Saya ingin bisa membawa perubahan yang lebih baik di Indonesia lewat ilmu jurnalistik yang sedang saya pelajari. Melalui jurnalisme, saya akan mencoba membongkar korupsi sehingga perekonomian Indonesia semakin tumbuh merata,” ujarnya.

Banyak cara

Kepala Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan, nasionalisme bisa diwujudkan dalam banyak cara. Mahasiswa sebagai agen perubahan bisa melakukan banyak hal sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikan masing-masing.

”Aktif dalam berbagai kegiatan kampus, misalnya seni tari, paduan suara, atau marching band juga merupakan bentuk bagaimana kita menunjukkan kecintaan kepada bangsa. Berdemonstrasi juga begitu, mahasiswa yang ikut demonstrasi dilatih untuk bisa kritis dan peka terhadap masalah-masalah sosial politik di sekitarnya,” kata Ikrar yang kuliah selama 5,5 tahun di Griffith University, Brisbane, Australia.

Menariknya, menurut Ikrar, salah satu cara untuk mengasah rasa nasionalisme mahasiswa adalah bersekolah di luar negeri. Dengan cara itu, mahasiswa bisa menjadi bagian dari pergaulan dunia karena bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara.

”Di luar negeri, saya baru benar-benar merasa sebagai orang Indonesia,” ujarnya.

Ikrar yakin, dalam diri setiap orang tertanam rasa nasionalisme yang menghubungkan dirinya dengan negara tempat ia dilahirkan atau dibesarkan. Oleh sebab itu, mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di luar negeri sebagian besar akan kembali berkarya di Tanah Air.

”Zaman saya dulu, sebagian besar mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Australia pasti kembali ke Tanah Air meskipun hidup di negara itu sepertinya nyaman sekali,” kata Ikrar.

”Tetapi, sekarang ini adalah masa keemasan bagi (negara-negara ) Asia, sementara Amerika Serikat dan (negara-negara) Eropa tengah diterjang krisis. Nah, kalau mahasiswa yang sekolah di luar negeri kembali untuk bekerja di Indonesia, mereka justru berpeluang untuk menjadi somebody,” kata Ikrar.

(HEI/SIE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com