Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Pilkada DKI di Media Banyak Yang Tak Berimbang

Kompas.com - 27/06/2012, 20:38 WIB
Siti Khoirunisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bersama Yayasan Tifa, Rabu (26/6/2012), mengumumkan hasil riset tentang keberpihakan media massa dalam pemberitaan Pilkada Jakarta 2012. AJI memandang hal ini penting dilakukan untuk memantau para media terkait pemberitaan, apakah media cukup independen atau tidak dalam melaporkan Pilkada DKI.

Demikian dikatakan Ignatius Haryanto, salah seorang anggota dari tim riset dari AJI Jakarta, saat melakukan konferensi pers di Jalan Prof. DR. Soepomo No. 14 Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2012).

Dari riset yang dilakukan sejak 1-15 Juni 2012, Haryanto, memaparkan riset ini menggunakan metode kuantitatif. Selama kurun waktu tersebut, ada 675 berita pilkada yang dihimpun dari 15 media, baik cetak, online, maupun televisi.

Berdasarkan 675 berita tersebut, lanjut Haryanto, ternyata banyak media yang hanya memberitakan seputar pilkada dari satu sisi (71 persen), ketimbang pemberitaan dengan dua sisi pemberitaan (22,2 persen). Lainnya, tidak jelas dan lebih dari dua sisi.

"Ini menarik karena memang rupanya bagian ini cermin teman-teman media kerja. Kerap kali liputan yang dibuat media, langsung dimunculkan saja," kata Haryanto.

Haryanto menjelaskan, meskipun media memuat berita klarifikasi di berita selanjutnya, hal itu tetap dinilai berita satu sisi. "Cover bothside-nya nanti, sehingga berita sebelumnya juga dianggap sebagai pemberitaan satu sisi," papar Haryanto.

Haryanto menyebutkan, pemberitaan satu sisi paling banyak dilakukan Detik.com, dua sisi terbanyak oleh Vivanews.com, dan pemberitaan lebih dari dua sisi paling banyak dari Koran Tempo. Begitu pula halnya dengan keberimbangan berita. Ada 34,8 persen pemberitaan Pilkada di media tidak berimbang, sedangkan yang berimbang mencapai 23,7 persen.

Adapun media yang beritanya tidak berimbang adalah Detik.com (80 dari 133 berita), Kompas.com (36 dari 76 berita), Okezone.com (13 dari 110), dan Indopos (33 dari 64 berita).

Dari sisi konfirmasi berita, lanjut Haryanto, hasil riset menyebutkan 26,5 persen berita di media tidak mengandung konfirmasi, sedangkan yang mengandung konfirmasi sebesar 20,3 persen. Konfirmasi berita di sini menurut Haryanto, terkait hal-hal yg mengandung unsur-unsur kontroversial.

"Misal kisruh DPT ada tudingan jelek terhadap KPUD. Ketika KPUD tidak diberikan ruang untuk merespon, maka tidak ada konfirmasi berita di sini," jelas Haryanto.

Sedangkan yang dimaksud berita satu sisi, Haryanto mencontohkan berita di Poskota. Berita di Poskota tentang Alex Noerdin, seluruhnya mengandung hal positif. Tidak memberikan gambaran dari kedua belah pihak, baik negatif maupun positif. Ada kesan unsur pencitraan dari berita tersebut.

Keberimbangan berita juga hampir sama dengan konfirmasi berita. Ketika ada pihal yang dijelek-jelekkan namanya dan tidak diberi ruang untuk mengklarifikasi, maka berita itu tidak berimbang. Pengukuran keberimbangan peliputan media juga menggunakan sejumlah parameter. Seberapa media memberikan liputan dalam jumlah yang memadai untuk masing-masing kandidat pilkada, baik itu dari foto yang dimuat atau jumlah berita yang diangkat.

Di luar itu, kata Haryanto, AJI juga melihat kecenderungan tema liputan yang diangkat oleh media, siapa saja narasumber dalam kunci pemberitaan. Rencananya, AJI dan Yayasan Tifa akan melakukan riset ini hingga dua bulan ke depan, mulai dari masa kampanye, hari pemilihan, hingga pasca pemilihan. Pengumuman hasil riset akan dilakukan setiap dua minggu sekali.

Dalam penjelasannya, Haryanto mengatakan, alasan pemilihan kelima belas media tersebut terkait keberagaman dari sisi kepemilikan media dan mewakili sejumlah media lokal di Jakarta. Khusu untuk media online, pemilihan berdasarkan kepopuleran media atau media yang paling banyak diakses masyarakat berdasarkan ranking di Alexa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com