Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menapaki Ramadhan Beriring "Tutupan Kesenian"

Kompas.com - 18/07/2012, 15:17 WIB

Oleh M. Hari Atmoko
 
Beberapa jam sebelum azan maghrib berkumandang, wirasuara melantunkan tembang Jawa di antara para penabuh gamelan di panggung pementasan kesenian tradisional di kawasan Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah.

"Sang abagus jokomudho, miwah tanding jroning yudo. Dhasar gedhe tan kuciwa, tan kendhat nggen nyo semedi. Nyenyadhong sihing Jawoto. Mangkono Sri Narendro," begitu tembang Jawa yang dibawakan wirasuara grup seniman petani Padepokan Andong Jinawi bernama Sudi.

Syair tembang kira-kira berarti: "Para pemuda memiliki keberanian untuk menuntut ilmu sebagai fondasi kehidupan yang baik, mereka kelak di kemudian hari tidak kecewa. Mereka tidak henti berdoa, tidak lupa kepada Sang Pencipta, dan selalu memohon anugerah Tuhan. Itulah perilaku pemimpin yang baik masyarakat."

Bersama dengan alunan tembang dan kesejukan hembusan udara sore, ratusan warga dari beberapa dusun berjalan kaki merapat ke dekat panggung yang dibangun di halaman satu rumah warga.

Sementara puluhan pedagang aneka makanan dan mainan anak-anak telah lama menggelar dagangan mereka di tepi kanan dan kiri jalan beraspal di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, yang tak lagi mulus.

"Kami warga dusun ini menggelar 'Tutupan Kesenian'," kata Kepala Dusun Mantran Wetan, Handoko.

Tradisi itu digelar secara turun temurun pada empat atau lima hari menjelang Ramadhan oleh warga setempat yang kebanyakan menjalani hidup sebagai petani.

Seorang tokoh setempat, Mujar Subur, memulai pementasan dengan membakar kemenyan dan mengucapkan doa di depan meja yang telah penuh dengan aneka sesaji di rumah Pemimpin Padepokan Andong Jinawi, Supadi Haryono.

Berbagai kesenian tradisional selanjutnya dipertunjukkan, ada tarian Kuda Lumping, Sendratari Sekar Agung, Topeng Ireng, Jalanthir, dan Jaranan.

Kelompok kesenian dari dusun tetangga juga ikut andil dengan menyuguhkan tarian seperti Cing Cirewe dan Krida Yuwono.

Warga yang menonton makin banyak. Apalagi setelah Gianto, seorang anggota komunitas seniman petani setempat, menari Jaranan dan kesurupan sampai harus digotong masuk ke dalam rumah seorang warga.


Jeda Ramadhan

Seniman setempat, Supadi, mengatakan dalam satu tahun terakhir kelompok kesenian dusun sudah banyak melakukan pementasan baik di kampung sendiri maupun di desa-desa lain. Mereka biasanya manggung untuk acara tradisi desa atau permintaan warga yang memiliki hajat.

Menurut dia, sepanjang tahun 2011 kelompok seniman petani yang dia pimpin sudah melakukan pementasan sekitar 25 kali dan selama 2012 bahkan sudah 40 kali. Bayaran bagi kelompok seniman yang beranggotakan 85 orang itu bervariasi antara Rp2 juta sampai Rp3 juta orang sekali manggung.

"Satu bulan ada yang enam kali pentas, tetapi waktu bulan Sapar bisa 15 kali pentas," katanya serta menambahkan, sebagian hasil pementasan digunakan untuk membeli peralatan berkesenian dan kostum menari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com