Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Golput Jadi Pemilih

Kompas.com - 26/07/2012, 04:12 WIB

Warga yang golput ini kurang memiliki identifikasi, baik terhadap partai politik maupun calon yang bertarung, termasuk elite politik yang dipakai sebagai pendulang suara. Indikasinya tampak dari kasus pasangan Foke-Nara. Dukungan banyak partai dan tokoh masyarakat ternyata tak mampu meningkatkan keterpilihannya. Putusan untuk tak memilih—meski telah didaftar dan memperoleh kartu suara—dilatarbelakangi oleh kesadaran terhadap situasi sosial-ekonomi yang tak berubah.

Karakter kelas bawah Jakarta berbeda dengan provinsi lain. Pendidikan dan pendapatan yang rendah bukan berarti kesadaran politik ikut rendah. Pergaulan dengan warga yang lebih terdidik, kemudahan dan luasnya akses informasi, serta jejaring di komu- nitasnya telah membentuk kesa- daran dan sikap politiknya yang independen.

Politik uang yang ada tak berpengaruh terhadap pilihan dan slogan ”ambil uangnya dan jangan pilih orangnya” terbukti efektif. Karena itu, pasangan Alex-Nono tak mendapat banyak dukungan sekalipun ditengarai memberikan uang kepada calon pemilih semasa proses pemilihan.

Mengurangi jumlah golput pada putaran II dalam Pilkada DKI, September 2012, bukan semata- mata tanggung jawab KPUD Jakarta dengan memperbaiki sis- tem pendaftaran dan distribusi kartu suara. Pasangan yang bersaing juga dituntut menyampaikan program-program secara konkret sehingga menarik minat dan meyakinkan warga datang ke TPS dan memilihnya.

Pengetahuan warga golput tentang kandidat dan program relatif minimal. Meskipun program intensif dikenalkan melalui media massa, poster, dan atribut lain, mereka kurang perhatian. Exit poll Prisma-MNC menunjukkan bahwa dari empat orang yang diwawancarai, hanya satu orang yang memilih karena tertarik dengan program yang ditawarkan kandidat. Selebihnya didasari oleh motif yang bersifat personal dan emosional.

Pasangan Foke-Nara dan Jokowi-Ahok pada dasarnya memiliki peluang yang sama untuk memperebutkan suara warga golput memenangi putaran II. Siapa yang mampu menyampaikan program perubahan secara nyata dan sederhana di bidang pelayanan publik, lapangan kerja, masalah kemacetan, pendidikan, dan kesehatan sehingga meyakinkan golput untuk memilih, niscaya akan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta 2012-2017.

Semoga Pilkada DKI Jakarta 2012 bukan sekadar ritual politik, melainkan benar-benar sebagai titik awal bagi perubahan Jakar- ta, perubahan Indonesia.

Suhardi Suryadi Direktur Program Prisma–LP3ES

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com