Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak Razia "Listrik"

Kompas.com - 09/08/2012, 02:51 WIB

”Dengan banyaknya jumlah rumah di Tambora, personel yang melakukan razia sangat kurang. Tidak bisa mencakup semua wilayah,” ujar Isnawa.

Jumlah penduduk Tambora mencapai 277.606 jiwa yang mendiami wilayah seluas 540,11 hektar. Dengan tingkat kepadatan 405 jiwa per hektar, Kecamatan Tambora adalah salah satu kecamatan padat di Jakarta.

Rumah-rumah berdiri berimpitan di gang-gang sempit. Kabel listrik terlihat malang melintang dari satu bangunan ke bangunan lain. Bahkan, ada meteran listrik yang terpasang di gang. Satu colokan listrik bisa dipakai untuk banyak alat listrik dan bertumpuk-tumpuk.

Banyak pula rumah yang tidak memiliki pengaman listrik atau sekring, tutur Isnawa. Ketika terjadi hubungan pendek arus listrik, tidak ada alat yang seketika memutuskan aliran listrik. Percikan api akibat hubungan pendek itu mengenai bahan yang mudah terbakar, terjadilah kebakaran besar.

Kobaran yang cepat membesar ini juga disebabkan ketidaksiapan warga menghadapi kebakaran, seperti terjadi di Kelurahan Krendang, kemarin. Tidak ada warga yang berteriak mengabarkan kebakaran. ”Saya tidak dengar ada ledakan apa-apa. Tahu-tahu api sudah besar dan orang-orang lari menyelamatkan diri,” kata Rizal (45), penjual mi yang mangkal di daerah itu.

Soal pemilik rumah yang menjadi sumber kebakaran, kata Kapolsek Tambora Komisaris Donni Eka Syaputra, tidak bisa ditindak secara hukum. ”Kalau dikatakan lalai, semua orang juga lalai karena api bisa sebesar itu kecuali ditemukan ada unsur kesengajaan dalam kebakaran itu,” ujarnya.

Dijadikan taman

Lokasi yang terbakar di RT 01, 02, 03, dan 04 RW 07 Kelurahan Karet Tengsin, Jakarta Pusat, pernah direncanakan sebagai area taman dan jalan. ”Tidak ada rumah susun lagi di situ, yang ada taman dan jalan,” ujar Lurah Karet Tengsin Maskur via telepon.

Namun, Maskur belum bisa memastikan kapan taman dan jalan itu direalisasikan Pemprov DKI Jakarta. Dia juga menampik kebakaran itu disengaja untuk memuluskan rencana tersebut.

Saat ini, ada dua rusun di Karet Tengsin. Keduanya terletak tidak jauh dari lokasi kebakaran. Rusun pertama dibangun tahun 1996, sedangkan rusun baru dibangun 2010. Menurut Ketua RW 07 M Soleh, ada sebagian warga asli yang menempati rusun itu. Sebagian besar adalah pendatang.

Sementara Ketua RT 01 RW 07 Suwarjo mengatakan, sebagian areanya pernah dibebaskan Pemprov DKI tahun 1990-an. Namun, karena tidak segera dibangun, akhirnya ditempati lagi. Kebanyakan yang menempati pemulung dan perawat makam.

Seorang warga korban kebakaran mengaku bingung. Sebelum musibah itu, Didin, pemilik kios yang menjual sayuran mengaku, di gudangnya ada stok senilai Rp 100 juta. Stok itu diperkuat untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang Lebaran. Didin kini kebingungan karena seluruh modalnya ludes.(ELD/FRO/MDN/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com