Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Mereka Pilih Profesi Pemadam Kebakaran

Kompas.com - 30/08/2012, 11:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

"Kami feeling saja kalau dapat ya bagus. Kalau nggak, ya paling risiko mobil baret-baret," kata Fariz.

Pria asli Betawi itu mengaku telah mengemudikan mobil sejak kelas enam sekolah dasar. Kala itu, Fariz kerap menjadi sopir angkutan umum pengganti alias sopir tembak. Rupanya, pengalamannya itulah yang mengantar Faiz, begitu ia akrab disapa, dipercaya duduk di belakang kendali mobil pemadam kebakaran, kini. Tak jarang, dia harus membantah perintah sang komandan untuk menerabas jalan jika dalam perhitungannya, tak cukup.

"Kalau hitung-hitungan saya nggak bisa masuk, ya nggak bisa," ujarnya.

Jaminan sejahtera?

Di tengah tugas yang berat, kesejahteraan kiranya mampu membayar itu semua. Namun, ketiganya sepakat bahwa menurut perhitungan matematisnya, kewajiban dan hak orang-orang seperti dirinya belum seimbang lantaran bertaruh nyawa di lapangan. Sementara, asuransi pun hanya bisa dicairkan saat pensiun nanti. Jika dalam penanganan kebakaran, di antara mereka terkena musibah, apalagi hingga cacat, habis sudah.

"Yang ada cuma Asuransi Jiwasraya. Kalau yang harian nggak ada. Cuma bedanya kami ada tunjangan risiko tinggi, sisanya gaji sama kayak PNS, tergantung golongan," kata Agus.

Menurut dia, profesi pemadam kebakaran belum mendapatkan apresiasi positif di Indonesia, baik oleh pemerintahnya maupun masyarakat. Berbeda di Eropa yang anak-anaknya bangga bukan kepalang jika sang ayah bekerja sebagai pemadam kebakaran. Di Indonesia, tak jarang penghargaan mereka hanya sebatas air minum kemasan yang dibagikan usai berhasil memadamkan api, bahkan kerap tanpa sekadar ucapan terima kasih. Namun, apa lah arti semua itu dibanding pengabdian tulus kepada masyarakat.

"Seorang fire man tidak pernah berprasangka buruk. Itu juga tantangan kami sebagai (petugas) pemadam kebakaran," kata Agus Jaka Pramono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com