Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan dari Anak Krakatau

Kompas.com - 04/09/2012, 05:04 WIB

Peringatan 1883

Saat Anak Krakatau kembali menggeliat pada Minggu pagi, T Bachtiar tengah berlayar menuju Anak Krakatau. Ia bermaksud napak tilas letusan Krakatau 27 Agustus 1883 atas penugasan dari Geomagz, majalah geologi yang diterbitkan Badan Geologi, Bandung.

”Anak Krakatau sudah sangat dekat. Kami melewati Rakata ketika tiba-tiba Anak Krakatau mengeluarkan asap menandai awal letusan,” ungkap Bachtiar, penulis ilmu kebumian ini.

”Kami berputar ke arah utara, bertemu nelayan di sana. Mereka rupanya tenang-tenang saja,” kata Bachtiar, yang sempat mendarat di Anak Krakatau, sebelum kembali ke Caringin, Banten.

Letusan Anak Krakatau memang dianggap biasa oleh warga setempat. ”Warga Carita dan Caringin menganggap itu biasa,” lanjutnya. ”Masalahnya, bagaimana jika suatu saat terjadi letusan besar? Sementara jalur evakuasi di sana tidak ada, bangunan wisata tidak dirancang aman tsunami.”

Pantauan tim Ekspedisi Cincin Api Kompas yang menyusuri kawasan ini, beberapa waktu lalu, juga menunjukkan minimnya kesiapsiagaan. Petaka tsunami setinggi 25 meter yang pernah melanda kawasan ini saat Krakatau meletus 1883 nyaris tak terlihat jejaknya. Bagi pelaku wisata, Gunung Anak Krakatau dan aktivitas vulkaniknya tak lebih dari aset wisata.

Cara pikir masyarakat di pesisir Banten dan Lampung mengingatkan pada keadaan sebelum letusan Krakatau 1883, seperti ditulis Simon Winchester dalam bukunya, Krakatoa (2003). ”Memang setiap orang mendengar cerita letusan di zaman kuno, dan ada orang yang mengamati peta dan beranggapan mereka pernah mendengar cerita ketika Jawa dan Sumatera merupakan satu pulau yang lalu terbelah dua akibat peristiwa vulkanik mahadahsyat di zaman dahulu,” tulis Winchester. ”Namun, sebagian orang waktu itu beranggapan Krakatau sudah lama padam dan tidak lagi berbahaya.”

Letusan-letusan kecil Anak Krakatau saat ini sesungguhnya peringatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.... (AHMAD ARIF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com