Berdasarkan kajian sejarah permasalahan di Jakarta seperti banjir sejak abad kelima telah terjadi. Diperlukan perubahan persepsi bahwa masalah ini bisa diselesaikan.
Pembenahan di Jakarta, menurut Rizal, juga bukan soal uang. Ia mencontohkan Gubernur Ali Sadikin dulu yang tidak memiliki banyak uang dalam membangun Jakarta, tetapi relatif berhasil karena kerja keras.
”Pada masa Ali Sadikin itu punya kas cuma Rp 44 juta. Bayangkan, persoalan begitu hebat, pemerintah pusat tidak mau tahu. Tetapi, satu kata yang saya ingat dari Bang Ali saat saya tanya apa yang membuatnya berhasil. Ia bilang, ’Gue kerja. (Gubernur) yang lain kagak’.”
Kata ”kerja” ini adalah kunci. ”Yang kita perlukan adalah pejabat yang bekerja. Bukan ’mandor kawat’,” papar Rizal.
Namun, pakar psikologi politik Hamdi Muluk mengingatkan agar semua pihak tidak terjebak pada glorifikasi, membesar-besarkan, atau mistifikasi.
Kemenangan Joko Widodo-Basuki adalah koreksi terhadap bias-bias praktik politik. Ini adalah contoh kembalinya politik akal sehat di Indonesia.
”Politik itu tidak harus berporos pada pusaran kekuatan uang, kekuasaan, intrik-intrik politik,” ujarnya.