Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fokoke Jokowi Mantra Ampuh di Jagat Maya

Kompas.com - 24/09/2012, 05:37 WIB

Bukan berarti kubu Foke tak mengerahkan kekuatan media sosial. Kata Nukman, kubu Foke justru merekrut orang-orang profesional yang hidupnya memang berasal dari jualan kampanye di media sosial. Sebaliknya, kubu Jokowi mengandalkan sukarelawan, bahkan banyak di antaranya tak dibayar.

Hal menarik lain dalam perang media sosial, pada putaran kedua media sosial lebih banyak digunakan sebagai kampanye hitam.

”Jika pada putaran pertama lebih ke perang program, pada putaran kedua ini digunakan untuk kampanye hitam, saling menjatuhkan satu sama lainnya,” kata Nukman.

Beberapa kampanye hitam itu ditengarai berhasil mendongkrak perolehan suara Foke, terutama dari masyarakat kalangan bawah. Hanya saja, Jokowi akhirnya memenangi pertandingan ini karena faktor orang-orang Jakarta yang ingin melihat perubahan.

Pantas diapresiasi

Satu hal yang pantas diapresiasi dari perang 140 karakter ini, kata Nukman, adalah meskipun pertengkaran dan perselisihan pendapat tinggi di tingkat media sosial, di dunia nyata tak pecah pertikaian.

”Calon petahana juga fair dalam menanggapi hasil perhitungan cepat. Dari kubu yang menang sementara versi hitung cepat juga tidak arogan menghina. Tim sukses juga tidak saling berantem, inilah contoh penggunaan media sosial yang baik untuk daerah lain,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Ignatius Haryanto memiliki penilaian senada. Menurut dia, kedua kubu sama-sama menggunakan media sosial dengan intens. Kedua pihak menyadari media sosial sangat membantu dalam hal pembentukan citra para kandidat, menyampaikan pesan kampanye, serta visi-misi-program para kandidat.

”Sejak awal kita melihat para simpatisan Jokowi, yang merupakan paduan dari tim yang dibentuk tim sukses serta para sukarelawan, ikut berkontribusi pada pembentukan citra positif Jokowi-Ahok,” kata Haryanto.

Pertarungan/kampanye tidak hanya melalui baliho dan koran, tetapi juga sampai ke videoklip yang dibuat oleh dua kubu. Kalau mau membandingkan dari sisi video klip, menurut Haryanto, kubu Jokowi-Ahok menawarkan kesegaran dalam penyajian, menyasar anak muda, dan juga massa mengambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com