Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Korban Penembakan Lebih Dulu Tahu dari Internet

Kompas.com - 24/10/2012, 09:01 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kabar mendadak tentang meninggalnya Liong Lenny Irawati (45) yang menjadi korban tewas dalam peristiwa penembakan di Jalan Cidodol Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2012) malam, akhirnya diketahui oleh anak-anak korban. Sayangnya, informasi tragis itu lebih dahulu diketahui putra sulung korban bukan dari pihak keluarga.

Setelah penembakan terjadi pada sekitar pukul 20.00 WIB, Sin Harjo Budiarta (44) langsung membawa istrinya ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Lantaran nyawa korban tak terselamatkan, RS Medika lantas merujuk korban ke RS Fatmawati, Cilandak. Jenazah tiba di Rumah Duka RS Fatmawati sekitar pukul 22.45 WIB. Saat itu, jenazah korban hanya ditemani suaminya bersama seorang petugas kepolisian.

Sin terlihat sangat syok dengan peristiwa dadakan yang terjadi di depan matanya. Alhasil, dia hanya bisa duduk dengan tatapan kosong. Dalam situasi tersebut, dia tidak bisa diharapkan memberikan informasi kepada keluarganya.

"Sudah, tadi sudah ada petugas yang hubungi keluarga," kata Sin singkat kepada Kompas.com.

Beberapa saat kemudian, muncul lima orang keluarga dekat korban di rumah sakit. Salah seorang dari mereka sempat berujar bahwa peristiwa tersebut terlalu tragis sehingga mereka masih berupaya menutupi dari ketiga anak korban.

"Namun, kami takut juga karena anak-anak sekarang suka internetan. Takutnya, mereka bisa baca di internet," kata salah seorang kerabat korban yang enggan menyebutkan identitasnya.

Kecemasannya terbukti benar. Hanya beberapa menit kemudian, teleponnya telah berdering. Penelepon tak lain anak sulung korban. Ketidakhadiran kedua orangtua hingga jelang tengah malam tentu menghadirkan tanda tanya bagi tiga anak almarhum, apalagi nomor telepon orangtua mereka tak bisa dihubungi.

Untuk menenangkan putra sulung korban, kerabatnya sempat berkilah bahwa korban mengalami sakit dadakan sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, anaknya yang sudah duduk di bangku kuliah itu kemudian menelepon lagi. Dia mengaku sudah mendapat informasi peristiwa tragis yang dialami ibunya dari media online.

"Ini gimana? Dia sudah tahu, dia baca di internet. Sudah nangis-nangis tuh di telepon sama adiknya," katanya kepada dua kerabat lainnya.

Mereka lantas memutuskan untuk menjemput anak-anak korban dan memberitahukan kejadian yang sebenarnya. Dua orang saudara korban akhirnya diputuskan untuk menjemput dua putra tertua korban. Dini hari tadi, kedua anak itu tiba di Rumah Duka RS Fatmawati.

Mimik Willy, putra sulung, tampaknya sudah bisa mencium kebenaran berita yang dibacanya tentang penyebab kematian ibunya. Pasalnya, halaman dan teras rumah duka telah dipenuhi awak media. Keduanya langsung dipeluk bergantian oleh belasan kerabat mereka yang telah lebih dahulu tiba. Willy dan adiknya lantas diantar ke ruangan tata usaha, tempat suaminya dimintai keterangan oleh penyidik.

Tangis pun pecah seketika saat ayah mereka bangkit berdiri dan memeluk keduanya. Putra sulung yang sudah lebih kuat secara mental akhirnya memutuskan untuk duduk bersama salah seorang pamannya di ruang jenazah, menemani ibunya yang terbaring dalam kantong jenazah.

Sementara itu, adiknya yang sempat berdiri di pintu ruangan hanya sebentar memandang ke arah kantong jenazah. Dia kemudian memutuskan menjauh dan diantar ke ruang tunggu rumah duka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com