Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kuliner Tempo "Doeloe" di Gresik

Kompas.com - 21/11/2012, 02:46 WIB

Ketua Gresik Heritage Trail (Jelajah Pusaka Gresik) Kris Adji AW menyatakan kawasan Gresik Kota Lama layak masuk kawasan wisata pusaka. Upaya melestarikan aset cagar budaya dan seni tradisi dibangun dengan melibatkan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. ”Warga mau mengecat sendiri bangunan kuno miliknya dan terbuka bagi peserta,” ujarnya. Kini terdata sekitar 350 dari 600-an bangunan kuno.

Bupati Gresik Sambari Halim Radianto sepakat agar bangunan kuno yang ada dan bernilai sejarah dilestarikan. Kalaupun dipugar tidak mengubah bentuk aslinya. Ia menceritakan bahwa Gresik adalah kota dagang yang sudah tua. ”Terbukti saat itu ada syahbandar sekaligus pedagang besar dari Gresik, Nyai Ageng Pinatih,” ujarnya.

Sisa kota lama juga dapat dilihat dari peninggalan beberapa rumah buatan tahun 1800 hingga 1911. Gaya arsitektur dan ornamen banyak yang masih asli, hanya sebagian saja yang sudah direnovasi, termasuk jadi rumah tinggal dan tempat usaha.

Kejayaan masa lalu

Gresik merupakan kota pelabuhan dan perdagangan yang berkembang sejak Nusantara menjadi titik simpul perdagangan internasional di kawasan timur Asia. Hal itu menyebabkan Gresik tumbuh dan berkembang dengan masyarakat multikultural dan multietnis.

Pegiat Mata Seger, Oemar Zainudin, menyebutkan, sejak zaman kerajaan Majapahit, Gresik sudah disebut-sebut sebagai salah satu prototipe kota tua. Perannya sebagai kota dagang mulai berkembang sejak pertengahan abad ke-14 seirama dinamika kota-kota dagang lainnya di Nusantara terkait dalam jaringan perdagangan dunia.

Pada jalur perdagangan, dari Maluku melintasi Laut Flores, Laut Jawa, Selat Malaka, Teluk Benggala, Pantai Coromandel dan Malabar di India, Gujarat, Persia diteruskan sampai ke Eropa, Gresik menjadi salah satu simpul perdagangan penting. Lahirnya Gresik sebagai kota dagang dunia dan kota pelabuhan didukung keberadaannya di pantai utara Laut Jawa selaku jalur utama perdagangan Nusantara dan internasional.

Gresik diapit oleh dua muara sungai besar, yaitu Bengawan Solo di sisi barat dan Kali Brantas di sisi timur. Ini menjadikan Gresik sebagai kota pelabuhan yang strategis sekaligus sebagai simpul sistem perdagangan regional yang menghubungkan daerah pedalaman Pulau Jawa dengan luar Jawa.

Goresan masa lalu itu di antaranya tecermin dari bangunan Masjid Jami’, gedung DPRD, kantor pos, rumah dinas wakil bupati, Gardu Suling, Gedung Limo, Gedung Gajah Mungkur, serta Kampung Kemasan. Setiap gedung punya nilai sejarah dan masih tetap terjaga.

Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia I Gede Ardika mengatakan, banyak yang harus dilakukan bangsa ini dalam melestarikan budaya secara nasional. Hal sederhana yang harus dilakukan setiap warga adalah menjaga identitas budaya masing-masing agar tak luntur. Selain itu, perlu mendorong interaksi, asimilasi, dan akulturasi antardaerah supaya mengindonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com