Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebaskan Penjara Koalisi

Kompas.com - 30/11/2012, 08:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi kabinet menjadi ”penjara” politik karena banyak keputusan pemerintah yang tidak bisa dieksekusi akibat perbedaan kepentingan anggota koalisi. Kegaduhan politik itu dapat mengganggu ekonomi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun diharapkan mau membongkarnya.

”Sejak awal pembentukannya, Kabinet Indonesia Bersatu II dikritik karena merupakan koalisi yang tambun. Situasi itu memberikan konsekuensi potensi pecahnya konflik menjelang 2014,” ujar pengamat politik Yunarto Wijaya, Kamis (29/11), di Jakarta.

Sebelumnya Presiden Yudhoyono menyatakan, ia menghargai inisiatif anggota kabinet yang membawa kebaikan. Namun, diingatkan bahwa inisiatif itu tidak membuat anggota kabinet lupa dengan tugas pokok yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Presiden, ada tugas-tugas pokok anggota kabinet yang terabaikan. Anggota kabinet yang abai itu malah melakukan sesuatu yang baru.

Menurut Yunarto, membentuk kabinet koalisi yang tambun sama halnya dengan memelihara anak macan yang ketika dewasa kemungkinan besar berani menyerang tuannya. Ia menyarankan Presiden menyusun ulang kabinet dengan berbasiskan hasil evaluasi kinerja yang dibuat oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

”Sudah saatnya Presiden membebaskan diri dari ’penjara’ koalisi politik yang tambun dan merekonstruksi kabinet berdasarkan kinerja. Evaluasi dari UKP4 bisa menjadi acuan untuk restrukturisasi,” kata Yunarto.

Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan menyatakan, peringatan yang diberikan Presiden menunjukkan Presiden sudah terganggu dengan akrobat politik yang dilakukan menterinya. Akrobat politik ini juga mencederai keharmonisan koalisi partai pendukung pemerintah.

”Meski diralat sampai dua kali, akrobat yang dilakukan menteri itu menimbulkan wacana bahwa ada kader PAN terlibat dalam pemerasan BUMN. Harap diingat, PAN adalah partai yang sejak awal ikut dalam koalisi pendukung pemerintahan SBY. Menteri ini mungkin tidak memahaminya karena ia tidak ikut di kabinet sejak awal,” ujar Taufik yang juga Wakil Ketua DPR.

Karena itu, menurut Taufik, untuk mencegah akrobat politik yang aneh-aneh dari para menteri yang kemudian mencederai keharmonisan koalisi, perlu dibuat forum informal di antara petinggi partai koalisi. Berbeda dengan Sekretariat Gabungan yang lebih mengurusi kebersamaan koalisi di parlemen, forum internal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya kerenggangan akibat akrobat politik menteri menjelang Pemilu 2014.

Peringatan ataupun sindiran Presiden atas loyalitas, kinerja, dan fokus kerja menteri yang berulang-ulang disampaikan, kata Yunarto, justru menimbulkan persepsi negatif di mata publik. Peringatan berulang-ulang itu menunjukkan kepemimpinan Presiden yang lemah dan tersandera kepentingan politik. Kemungkinan lain, Presiden justru tengah bermain politik dan nyaman dengan pro-kontra yang dipelihara di kabinet. Hal itu merupakan bagian dari pencitraan bahwa kondisi kabinet yang tak solid dapat dijadikan kambing hitam atas kinerja pemerintah yang dinilai buruk oleh publik.

Direktur The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto juga mengatakan, Presiden Yudhoyono tidak hanya berwacana soal kinerja buruk sebagian anggota kabinet. Menteri-menteri yang dianggap tidak optimal bekerja seharusnya segera diganti dengan figur yang lebih baik.

”Sudah diketahui umum, kabinet saat ini memang dibangun dari koalisi besar yang diisi banyak menteri dari partai politik. Keluhan dan teguran itu menjadi sesuatu yang dangkal,” katanya.

Peringatan Presiden kepada menteri yang dilakukan di sidang kabinet paripurna, menurut Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi Heru Lelono, merupakan bagian dari upaya Presiden menjalankan fungsinya sebagai pemimpin di kabinet. Presiden hampir dipastikan akan semakin sering mengingatkan menterinya pada tahun- tahun mendatang, khususnya saat memasuki tahun politik menjelang pemilihan umum.

”Itu merupakan bagian dari fungsi yang dijalankan Presiden sebagai pemimpin, yakni mengingatkan menteri yang menjadi bawahannya agar fokus pada kinerja yang baik,” kata Heru.

Peringatan berulang-ulang yang disampaikan Presiden, menurut dia, juga tidak bisa serta- merta dinilai sebagai ketidaktegasan Presiden terhadap bawahannya. ”Presiden pasti akan melakukan apa saja agar kabinet berfungsi dengan baik untuk mencapai kinerja setinggi-tingginya di akhir pemerintahan. Kalau memang ada yang tidak berfungsi baik, tentu Presiden akan mengambil tindakan,” katanya.

Terkait desakan restrukturisasi kabinet yang diwacanakan sejumlah kalangan, Heru justru mempertanyakan apakah langkah itu akan menyelesaikan masalah. ”Bukankah lebih baik mendorong pembantu presiden agar pada akhir masa jabatannya bekerja untuk mencapai hasil terbaik?” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com